Minggu, 07 Desember 2014

Tinjauan Kritis Pada Kerangka Akuntansi Barat Sebagai Dasar Pengembangan Akuntansi dalam Islam (tinjaun komparatif FASB dan IASC)




Oleh: M. Maulana Hamzah
Abstract

Islam has a unique economic view which affects the all human activities of its adherents.
As  accounting  is  a  economic research  which  should  reflect  the different  nuances  of  its  society  and  help  to achieve  its  socio-economic  objectives,  a  different  type  of  accounting  is  required  as  compared  to the  conventional  accounting  of  west  society.  Research  on  Islamic  accounting  is  still  at  an exploratory  stage;  its  important  to  develop  a  theoretical  framework  for  Islamic  accounting using  various  methodologies.  In  common  with  the  development  of  west  accounting,  thesearch  is  on  for  the  conceptual framework and value  of  Islamic  accounting  as  a  foundation  on  which to  lay its  principles,  rules  and  standards. This  article explores  the extent about using west accounting frameworks (FASB and IASC) as suggestion basis in development  for  patterns  in  the  debate  on  Islamic  accounting  and  approaches  suggested  in  the  literature  used  to develop  Islamic  accounting  theory.  The  writer  finds  that  a  number  of  the  proposed  objectives  and characteristics of Islamic accounting are doubted in meeting the objectives of Islamic teaching

A. Pendahuluan
A.1. Pengertian Akuntansi Islam
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antara kamu)… (Al-Baqoroh 282)
Kerangka Dasar dalam Islam:

1. Aqidah sebagai Ikatan ata Iman atau Kepercayaan yang tulus disertai keyakinan yang sebenar-benarnya pada ketentuan yang allah Tetapkan sebagai tuhan yaitu Al-Quran, dan apa yang disampaikan oleh rasulNya Muhammad SAW baik berupa berita gembira maupun peringatan yang tertera dalan jutaan haditsnya.
2. Syariah sebagai jalan hidup. Sebagai bentuk anturan dasar bagi umat islam untuk hidup di bumi Allah. Pendekatan ijtihad yang dilakukan harus berdasarakn pemahaman aqidah yang kuat (qolbun saliiim), bukan hanya pemahaman akal yang pastinya terbatas dan pemahaman nafsu yang cenderung subjektif. Objeknya ada dua yaitu ibadah (hablumminallah) dan muamalah (hablumminannas)
3. Akhlaq sebagai frontline dari implementasi konsep syariah didunia. Sebagai jalan menciptakan kemashlahatan anatar umat manusia, ia adalah amal dari ilmu syariah ang diterapkan. Yang tercermin dalam prilaku sehari-hari.
Dari kerangka dasar diatas terlihat bahwa islama memilki nilai dan batasan (norma) yang ahrus diterapkan disemua lini kehidupan termasuk dalam bidang ekonomi. maka dari itu pemerintah islam idealnya memilki atuan dan acuan yang jelas tentang bisnis dan perdagangan dalam sudut pandang ekonomi islam. aPalagi kini telah banyak berminculan lemabaga keuangan syaraiah dan organisasi yang menjalankan prinsip ekonomi islam, seperti bank syariah, takaful, bberapa yayasan islam, dan praktek dinar dan dirham.
Dari sini muncullah kebutuhan akan akuntansi islam dalam rangka memonitor distribusi yang adil dalam kemaslahatan dan untuk mencapai tujuan dari solidaritas dan keadilan social diantara masyarakat muslim khususnya dan  masyarakat Indonesia pada umumnya. Kebutuhan itu dianataranya kepada implementasi nilai iqtisad atau keadilan ekonomi, kejujuran, kesederhanaan dan kepemilikan bersama. Dan dalam rangka menghilangkan nilai-nilai negative dalam perdagangan seperti zholim, berlebih-belihan, boros, konsentrasi kesejahteraan, hasad, dan lain-lain.
Kebutuhan akan implementasi ekonomi islam secara kaafaah ini jualah yan membuat kebuthan akan Akuntansi Islam muncul diantaranya hal itu dikarenakan oleh:
·         Praktek akuntansi konvensional yang bebas nilai yang tentu bertentangan dengan prinsip ekonomi islam yang sangat mengedepankan norma dan etika
·         Norma dalam akuntansi islam menawarkan konsep istiqomah dalam hal basis, yaitu al-Quran dan Hadits
·         Kian gencarnya pertmbuhan perbankan islam yang berefek pada banyaknya bermunculan bisnis-bisnis yang berbasis syariah.
·         Akuntansi adalah produk lingkungan. Maka dari itu tentu hal ini sangat dibutuhkan bagi lingkungan muslim.
Menurut Akram Khan, Ia merumuskan sifat kauntansi islam yaitu sebagai berikut:
1.      Penentuan Laba Rugi yang tepat
2.      Mempromosikan dan menilai efisiensi kepemimpinan
3.      Ketaatan pada hokum Syariah
4.      Keterikatan pada Keadilan
5.      Laporan yang baik
6.      Perubahan dalam prkatek AKuntansi[1]
Siddiqi (1992) mencatat bahawa “adala’(keadilan) dan ihsan (Kebajikan) bisa di anggap sebagai ringkasan dari seluruh moral danal kegiatan ekonomi yang diberitakan melalui Qur’an. Nilai-nilai ini menurut pendapatnya, menawarkan panduan dalam hamper seluruh kegiatan umat manusia. Oleh karena itu, bisnis slam hari memliki karkater-karekter tersebut diatas.[2]
A.2. Sejarah Perkembangan
Sejarah Akuntansi menurut beberapa ahli sejarah barat, menunjukkan bahwa akuntansi secara umum atau apa yang dikenal dengan system pembukuan berpasagan secara khusus telah tumbuh dan berkembang di eropa, tepatnya diitali. Beberapa referensi yang dapat dilihat, baik yang berbehasa arab maupun inggris, tidak didapati penyebutan apapun tentang apa yang terjadi dinagara islam. Pelopr akuntnasi dibarat yaitu Luca Pacioli yaitu sejak dia menyebarkan bukunya yang berjudul ‘The Summa de Aritmatica, Geometria et Proportionalita” pada tanggal 10 november 1494.
Kenyataannya pusat-pusat pelatihan akuntnais pada abad XIV tidak ada di Italia, tettapi setelh kurang lebih dua abad dari munculnya buku pacioli. Berdirilah pusat pelatihan para kauntan yang pertma di Italidi kota Venice pada tahun 1581 H yang dikenal dengan nama College of Accountants. Pacioli menyebutkan bahawa system pencatatan berpasangan telah ada sejak lama, tetapi pacioli tidak menyebutkan sejak kapan dan dimana system ini telaha da sejak lama.[3]
Manuskrip tahun 765 H/ 1363 M karya penulisn Muslim yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani yang berjudul “Risalah Falakiyah Kitab As-Siyaqat”. Tulisana tersebut disimpan diperpusatakaan Sultan Sulaiman Al-Qanuni di Istanbul Turki. Dalam Manuskrip dengan nomor 2756 memuat tentang akuntansi dan system akuntansi yang pernah diterapakand alam Negara islam. Dianataranya:
·         Sistem Akuntansi yang popular saat itu, dan pembukuan khusus bagai setiap system akuntansi
·         Macam-Macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi keuangan
·         Cara Menagani kekuranag dan kelebihan yakni penyetaraan.
A.3. Kerangka Akuntansi Perspective Barat.
            Sseperti yang sudah dijelaskan diatas, akuntansi barat dikembangkan pertama kali oleh Luca Pacioli pada tahun 1494, hingga 2 tahuan kemudian berdirilah College of Accountants di venesia, sejak saat itu akuntansi dibahas sesuai dengan perkembangan zaman dan sangat bersifat situasional. Hingga kini sudah banyak berkembang beragam  Accountiing Framework di berbagai belahan didunia. Namun dalam pembahasan ini penulis hanya mengambil dua saja kerangka akuntansi yang menjadi standar dunia dan amerika serikat yang dianggap cukup untuk mewakili kerangka akuntnais menurut perspective barat. Kerangka AKuntansi itu adalah:
1.      The Financial Accounting Standards Board (FASB)
2.      The International Accounting Standards Committee (IASC)
A.3.1. FASB - Conceptual Framework
FASB and the International Accounting Standard Board are working closely together to develop a common Conceptual Framework. The goal is develop standards that are objectives-based, internally consistent, and internationally converged. Currently Statement of Financial Accounting Concepts No. 8 “Conceptual Framework for Financial Reporting” is being used in the United States. The Conceptual Framework include: measurement attributes used to measure and report economic transactions, events, and arrangements in financial statements; and accounting principles and assumptions that guide recognition, derecognition, and disclosure, as well as the classification and presentation of information in financial statements.[4]
Fundamental qualitative characteristics, relevance and faithful representation allow for decision usefulness. Information that is capable of making a difference in decisions made by financial statement users is relevant. The three components of relevance are:
  • Predictive Value – information that should help users form expectations about the
  • Confirmatory Value – information that provides feedback to confirm or correct prior predictions and expectations
  • Materiality – refers to the nature and magnitude of an omission or misstatement of accounting information that would influence the judgment of a reasonable person relying on that information
Faithful representation is when the words and numbers accurately predict the economic substance of what they purport to represent. The three components of faithful representation are:
  • Complete representation – provides a user with full disclosure of all information necessary to understand the information being reported, with all necessary facts, descriptions, and explanations
  • Neutral representation – not biased, slanted, emphasized or otherwise manipulated to achieve a pre-determined result or to influence users’ behavior in a particular direction
  • Free from error – the information is measured and described as accurately as possible, using a process that reflects the best available inputs[5]
Debits and credits
Double-entry bookkeeping is governed by the accounting equation. If revenue equals expenses, the following (basic) equation must be true:
assets = liabilities + equity
For the accounts to remain in balance, a change in one account must be matched with a change in another account. These changes are made by debits and credits to the accounts. Note that the usage of these terms in accounting is not identical to their everyday usage. Whether one uses a debit or credit to increase or decrease an account depends on the normal balance of the account. Assets, Expenses, and Drawings accounts (on the left side of the equation) have a normal balance of debit. Liability, Revenue, and Capital accounts (on the right side of the equation) have a normal balance of credit. On a general ledger, debits are recorded on the left side and credits on the right side for each account. Since the accounts must always balance, for each transaction there will be a debit made to one or several accounts and a credit made to one or several accounts. The sum of all debits made in each day's transactions must equal the sum of all credits in those transactions. After a series of transactions, therefore, the sum of all the accounts with a debit balance will equal the sum of all the accounts with a credit balance.
A.3.2. IASC – Conceptual Framework
The International Accounting Standards Committee (IASC) was founded in June 1973 in London and was replaced by the International Accounting Standards Board on 1 April 2001. It was responsible for developing the International Accounting Standards and promoting the use and application of these standards. The IASC had about 140 member bodies from 104 countries.[5]
The conceptual frameworks of standard setters also emphasize the importance of  reliability in measurement in financial statements. Use of unreliable measurements opens up  opportunities for the management of earnings and may negate the usefulness of the  information. This is a serious matter. True convergence of accounting standards will be  obtained only if use of measurements that depend on management’s intentions –as present  value measures may do –is kept to a reasonable minimum. A decision on measurement must  assess overall usefulness, taking account of both relevance and reliability, and so reliability  can be a limiting factor on the use of fair values. If a current price for an asset or liability can  be obtained from data about an active market, reliability can be high and a strong case exists  for using the fair value measurement. However, often assets and liabilities are not traded in  an active market and other possibilities for measuring fair value may be such that high  reliability cannot be achieved. In deciding whether or not the use of fair values should be  required in an International Accounting Standard, consideration must be given to the  characteristics of markets all over the world and reliability must be assessed in relation to  assets traded in all such markets.[6]
But the FASB and the IASB returned to the drawing board after the 2013 proposal was widely criticized by the business community. At a meeting held last March, the FASB continued to back the dual model, but the IASB opted for a single model based on the Type A approach.
“Some would say that the two standard-setters’ convergence efforts have floundered in this core area of financial reporting, but it is important to remember that they agree on many very important things, such as how leases should be defined and the basic premise that assets and liabilities should be recognized for major leases,” Sleigh-Johnson said, according to the Economia article. “That in itself is no small achievement.”[7]
B. Pembahasan
A.1. Persamaan Kerangka Akuntansi Islam dan Akuntansi Barat
Akuntansi berdasarkan persamaan dasar akuntansi (PDA) antara islam dan konvensional tidak terdapat banyak perbedaaan yakni HARTA = KEWAJIBAN + MODAL atau dengan persamaan sebagai berikut:
HARTA (SISI AKTIVA) = KEWAJIBAN + MODAL (SISI KEWAJIBAN DAN EKUITAS)
Persamaan diataslah yang menjadi pedoman dalam setiap transakasi dilembaga keungan syariah maupun konvensional. Selain arta dipahami dengan istilah aktiva, dapat pula dipahami sebagai sisi kiri yang biasa disebut dengan debit. Sedangkan kewajiban dan modal yang dipahami dengan sisi kewajiban dan ekuitas dapat pula dipahami sebagi sisi kanan atau yang dikenal dengan itilah kredit.
Transaksi
Harta
Kewajiban
Modal
Pendapatan
Biaya
Penambahan
Debit
Kredit
Kredit
Kredit
Debit
Pengurangan
Kredit
Debit
Debit
Debit
Kredit

B.2. Perbedaan Kerangka Akuntansi Islam dan Barat
T.E Gambling dan R.A.A Karim (1986) menurut Teori Kolonial model jika ada masyarakat islam, maka otomatis masayakatnya juga islam dan akuntansinya juga islam. Dalam islam dikenal zakat sebagai upaya menyelesaikan masala social. Akuntansi dalam islam sangat menekankan pada aspek social bukan hanya kepentingan investor atau pemilik modal, seperti yang terlihat pada akuntansi barat.Muhammada Akram khan (1992) tujuan akuntansi islam itu adalah mengitung laba rugi yang tepat, mendorong dan mengikuti syariat islam, menilai efisiensi manajemen, memeliki laoran yang baik, dan keterikatan pada keadilan dan kebenaran.
Toshikabu Hayashi (1995) pernar membahas akuntansi kapitalis, konsep akuntansi islam, perhitungan zakat dan studi kasus Feisal Islamic Bank di Kairo dan praktik bisnis di arab Saudi. Dalam membanding akuntansi islam dan akuntansi kapitalis, hayashi mengemukakan perbedaaan mendasar antara keduanya. Akuntansi islam memiliki “mete rule” yaitu hokum syariah yang digambarkan olah AL-Quran dan Hadits, sedangkan akuntansi Kapitalis tidak memilki itu. Dia hanya bergantung pada kepentingan user jaid sifatnya sangat local dan situasional.[8] 
Dalam massyarakat sosisalis, contohnya, tujuan dari akuntansi itu lebih ditekankan kepada control oleh pemerintah pusat pada hamper semua kegiatan rakyat (Bailey 1988). Konsekuensinya adalah, nilai inilah yang menjadi design dalam memuat system standar dalam akuntansi. Pemerintah pusat memilki wewenang sebagai pengendali utama terhadap informasi yang akan disebarkan yang sangat jauh berbeda dengan kebebsan individu dalam masyarakat kapitalis. Alas an dari perbedaan akuntansi ini dijelaskan oleh hameed (2001) dalam sudut pandang dan nilai yang berbeda akan melahirkan system ekonomi yang berbeda dan oleh karena itu membutuhkan system akuntansi yang berbeda yang tentunya selalu konsisten terhadapa nilai yang sudah disepakati bersama. Contoh Indonesia adalah pancasila. Dalam Islma berarti al-Quran dan Hadits.
Perbedaan Akuntansi Islam dan Barat
Islamic Accounting Frameworks
West Accounting Frameworks

l  Ada variable Zakat dan Ziswaf sebagai dasar kemaslahatan
l  Ada konsep halal Haram sebagai salah satu acuan dasar
l  Berdasarkan pada Nilai yang terkandung dalam Quran dan hadits
l  Etika islam focus pada dampak social yang terjadi karena ragamnya aktivitas
l  Islam menerapkan akuntabilitas publik
l  Sudut pandang islam langsng tertuju pada qualitas dan keseimbangan kehiudpan masyarakat
l  Shariah melihat hak individu sebagai yang kedua dan substitisu dari kepentingan umum.
l  Harus sesuai dengan prinsip dan etika syariah

l  Tidak Ada Konsep Zakat dan ZIswaf serta ltergantikan oleh bentuk CSR
l  Dipengaruhi oleh pandangan budaya barat, yang mengedepankan konsep berlebih-lebihan.
l  Fokus pada Kesejahteraan Individu
l  Focus on individual, preferences and economic utility.
l  View on Self interest and free-market economy.
l  Sekuler, tidak ada hubungan kegiatan ekonomi dan Tuhan.
l  Sifatnya situasional.
l  Rentan praktek MAGHRIB
l  Bebas nilai tak ada konsep halal dan haram


C. Kesimpulan
C.1. Peran Akuntansi Barat dalam Sudut Pandang Islam
Setelah dilihat dari pembahasan diatas tentang system akuntanis kapitalis dan islam, maka dapat diteukan bebrapa persolan. Hal itu utamanya berkaitan dengan hal kepemilikan, konsep dasar , standard an metode akuntansi. Dalam teori akuntansi syariah dapat meninggalkan kerangka akuntansi konvensional, namun didalam sistemnya sudah dapat dibedakan. Adapaun kerangka tersebuat adalah teori kepemilikan, teori kekayaaan dan fund theory.
Dalam islam idealnya pencatatan akuntansi harus bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam teri kepemilikan kita yakin bahwa semua harta dan semua yang ada dilangirt dan di bumi hanyalah milik allah, manusia hanya menerima titipan yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Ilustrasi nilah yang harusnya ada dalam benak setiap akuntan syariah. Selain itu dalam teorin kekayaan kita mengenal nbhawa hanya ada 3 jenis harta manusia didunia yaitu apa yang dimakan sekaraang (saat ini) dan itu pasti akan habis, apa yang kita pakai sekarang dan itu pasti akan lusuh dan apa yang kita sedekahkan itulah yang akan menjadi investasi akhirat. Dan semua itu sudah ada hadnya seperti yang diigngatakan allah dalam firmanNya surat At-Takatsur (bermegah-megahan). Dam teori uang islam hanya mengenal uang sebagai alat tukar bukans sebagai komoditi yang fluktuasinya menyebabkan ketidakseimbangan market, islam sangat mendorong produk sebagai bentuk muamalah yang komprehensif yang sesuai anjuran surat alhujurat ayat 13. 
Karakteristik dalam aktivitas bisnis dalam islam seperti yang sudah dijelaskan diatasn bisa dianggap sebagai paktek ideal bagi organisasi-organisasi profit maupun non profit yang dikelolo oleh muslim. Dalam rangka untuk menjalankan operasionalnya maka organissasi ilsam ini harus berani menerapkan system akuntansi islam. Apalagi kini, praktek akuntnasi barat banyak mengalami kritik terutama terhadap supportnya pada tujuan dari islam, dengan kata lain akuntasni barat masih memilki banyak kekurangan untuk diterapkan dalam aktivitas ekonomi islam.
Secara garis besar isu tentang cocok atau tidaknya akuntansi konvensional untuk diterapkan dalam organisisi bisnis islam bisa dirangkum dalam 3 kategori yaitu: kontradiksi terhdap ajaran islam, tidak relevan dengan tujuan akuntansi dalam islam, dan kurang focus pada tujuan sosal ekonomi dalam islam.[9]
C.2. Jangkauan Akuntansi Barat Pada Pengembangan Akuntansi Islam
Pada dasarnya, ada 2 pendekatan yang bisa dipakai dalam mengembangkan akuntansi islam. (1) Kembali pada Ajaran Islam (2) Berdasarkan akuntansi kontemporer yang sejalan dengan ajaran islam.
2 pendekatan ini telah idcangakan oleh AAOIFI (1996) ketika peretma kali mereka mengembangkan akuntansi bagi bank-bank islam. Setiap pendekatan tentu memliki kelemahan dalam hal teori dan aplikasi untuk ebnar-benar merealisasikan tujuan dan kamaslahatan dalam islam. Oleh karena itu, Hameed (2000) menganjurkan untuk mengkombinasikan dua pendekatan diatas yang kemudia menjadi pendekatan baru yang ketiga.[10]
Dari pembahasan diatas didapatlah kesimpulan bahwa Jangkauan peran akuntansi barat pda pengembangan akuntansi islam adalah;
1.      Subjek dari kontrak bisnis tidak boleh bertolak belaknag dengan syariat islam dan aturan didalamnya. Dalam hal ini, sebagai mana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwa setiap ketentuan yang bertentangan dengan Al-Quran itu ditolak dan batal. Karena itu bisa menjadi jalan (usaha) untuk merusak nilai dan identitas islam, dan tentunya menjadi jalan pintas bagi kalpitalis dan musuh islam untuk melakukan penetrasi ideology mereka melalui pasar ekonomi
2.      Item-item yang ditetapkan harus sesuai dengan kesepakatan diantara 2 belak pihak (akidaini), karena  peran kontrak adalah syarat dan dsar dan penting dan quran telah menjelaskan dalam 004:029 - 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
3.      Klarifikasi terhadap transkasi yang dilakukan harus benar-beanr sesuia dan ada antarodhin minhum. Supaya tak berefk pada zholim yang akan menjai musiba dimasa yang akan dating.
4.      Acuan yang biasa diambil dari akuntansi barat hanya bisa diambil dari perlakuan akun dasar, seperti aktiva, modal dan kewajiban. Penyertaan dana zakat dan kegiatan social tidak bisa mengacu pada barat karena pada dasarnya konsep kesejhateraan sosail anatar isalm dan barat jelas sangat berbeda.








Referensi
Wiyono, Slamet (2005), Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasar PSAK dan PAPSI, Grasindo, Jakarta
Furyawardhana, Firdaus, 2009, Akuntansi Syariah Mudah dan Sederhana Dalam Penerapan Lembaga Keuangan Syariah, Pendidikan & Pelatihan PErbankan Syariah (PPPS) Yogyakarta.
C. Napier  .(2007).Other Cultures, other accountings? Islamic Accounting from  past to present, 5th Accounting History International Conference, Banff, Canada, August 9-11.
Beekun .R. I.(1997).  “Islamic Business Ethics. Herndon, Virginia” The International Institute of Islamic Thought
Manoocher Khoramin (2002), The Conceptual Framework of Islamic Accounting, Department of Accounting, Bandar Abbas Branch, Islamic Azad University, Bandar Abbas, Iran
Rizal Yaya, WOULD THE OBJECTIVES AND CHARACTERISTICS OF ISLAMIC ACCOUNTING FOR ISLAMIC BUSINESS ORGANIZATIONS MEET THE ISLAMIC  SOCIO-ECONOMIC OBJECTIVES?. JAAI VOLUME 8 NO. 2, DESEMBER 2004
Sofyan Syafri Harahap (1997), Akuntansi Islam,  Jakarta BUMI AKSARA hal 145
Rizal Yaya dan Shahul Hameed bin Mohd. Ibrahim, Objectives and Characteristics of Islamic Accounting: Perceptions of Muslim Accounting Academicians in Yogyakarta, Indonesia
https://asc.fasb.org/ diakses 22 Agustus 2014






[1] Sofyan Syafri Harahap (1997), Akuntansi Islam,  Jakarta BUMI AKSARA hal 145
[2] Rizal Yaya dan Shahul Hameed bin Mohd. Ibrahim, Objectives and Characteristics of Islamic Accounting:
Perceptions of Muslim Accounting Academicians in Yogyakarta, Indonesia
[3] Muhammad (2002) Pengantar AKuntansi Syariah. Jakarta Salemba Empata hal 105
[4] https://asc.fasb.org/ diakses tanggal 22 Agustus 2014
[5] www.wikipedia.com diakses tanggal 12 Agustus 2014
[6] STATEMENT BY THE BOARD OF THE INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS COMMITTEE DECEMBER 2000
[7] http://www.accountingweb.com/article/ diakses tanggal 12 Agustus 2014
[8] Furyawardhana, Firdaus, 2009, Akuntansi Syariahb Mudah dan Sederhana Dalam Penerapan Lembaga Keuangan Syariah, Pendidikan & Pelatihan PErbankan Syariah (PPPS) Yogyakarta. Hal 10
[9] Rizal Yaya, WOULD THE OBJECTIVES AND CHARACTERISTICS OF ISLAMIC ACCOUNTING FOR ISLAMIC BUSINESS ORGANIZATIONS MEET THE ISLAMIC  SOCIO-ECONOMIC OBJECTIVES?. JAAI VOLUME 8 NO. 2, DESEMBER 2004
[10] Ibid, 147

23 komentar:

  1. Quickbooks online telephone support number
    Quickbooks online telephone number

    https://goo.gl/sxPPyC

    https://accounthelpsupport.yolasite.com/

    BalasHapus
  2. +1 (855) 924 9509 QUICKBOOKS CLOUD HOSTING SUPPORT NUMBER

    "Quickbooks Cloud Hosting Support Number ? +1(855)924-9509, Call 24x7 Intuit QB USA/Canada TollFree for Cloud Hosting For Tech Help.Hosting QuickBooks is productive business approach written by: kimellen9 Business set the faster gateway to growth and development with QuickBooks accounting application.

    http://www.quickbooksphonesupportnumber.com/quickbooks-cloud-hosting/

    BalasHapus

  3. 1+855 924 9509 QUICKBOOKS POS SUPPORT

    There are multiple small businesses out there that require a reliable and trustworthy POS system to keep track of all the sales. One of the best to do it on the market is the Intuit QuickBooks powered by Revel Systems.

    http://www.quickbooksphonesupportnumber.com/quickbooks-pos-support/

    BalasHapus