Tampilkan postingan dengan label Pengenalan Agrobisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengenalan Agrobisnis. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Desember 2014

LEMBAR JAWABAN UJIAN Akhir SAG EK-18




Kelompok : Cahyo Kartiko, Desy Ery K, Hendri Wijaya, Maulana Hamzah

Pertanyaan 1: Prospek Agribisnis Ke Depan: Tantangan dan Kesempatan
a.      Apa alasan Jim Rogers berpendapat demikian? Setujukah Anda dengan pendapatnya?

Jawaban:
Kami setuju dengan pendapat Jim Rogers. Dia  berpendapat seperti itu karena dia mengamati harga produk-produk pertanian belakangan ini yang cenderung terus mengalami kenaikan. Dan dia meyakini bahwa harga ini akan terus naik dengan signifikan dalam beberapa dekade mendatang dibandingkan dengan kenaikan harga di beberapa industri lainnya. Kebutuhan akan produk pertanian meningkat sementara supply masih relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan pangan. Oleh karena itu persoalan pangan akan menjadi permasalahan serius dimasa depan. Untuk menanggulangi permasalahan itu, maka Rogers berpendapat bahwa dunia akan lebih membutuhkan petani daripada banker.

Selain itu, munculnya masyarakat kelas menengah (middle class) baru dan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber energi alternatif terbarukan atau bahan bakar nabati (biofuels) menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan industri pertanian beserta turunan-turunannya. Terbukti pada saat pertumbuhan ekonomi keseluruhan mengalami pelambatan, yaitu hanya sekitar 1,9%, pendapatan bersih industri pertanian justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sekitar 20% pada tahun 2011

KAJIAN TENTANG KEBIJAKAN PAJAK EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) DI INDONESIA



                                                             
Oleh:
Graha Agung Brahmana, Hendri Wijaya, Lazuardi Adnan Nursyaifullah, M. Maulana Hamzah, dan Rahmat Budiman[1]
Mahasiswa Pascasarja Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor, Magister Manajemen Syariah, Angkatan EK18

Abstraksi
Secara teori, suatu negara akan mengekspor suatu komoditi (misalnya CPO), jika di mengalami kelebihan produksi di dalam negeri. Namun kenyataannya, pengusaha akan tetap mengekspor jika harga minyak sawit di pasar dunia jauh lebih tinggi harganya dibandingkan dengan harga di pasar domestik. Kecenderungan harga yang selalu meningkat ini dipengaruhi oleh keadaan perekonomian Indonesia yang belum stabil.
Secara luas, Kindleberger dan Lindert (1995) mendefinisikan bahwa penawaran ekspor suatu negara merupakan kelebihan penawaran domestik produksi barang dan jasa yang tidak dikonsumsi oleh konsumen dari negara yang bersangkutan atau tidak disimpan dalam bentuk persediaan[2]. Harga CPO dunia yang tinggi merupakan daya tarik yang besar bagi pengusaha dalam negeri untuk mengekspor CPO dan menghindarkan diri dari kewajibannya memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pasokan CPO bagi industri minyak goreng sehingga stabilitas harga minyak goreng juga akan terganggu.
Kebijakan Pajak Ekspor (PE) progresif dimaksudkan untuk mengurangi volume ekspor CPO secara berlebihan. Seperti yang diketahui, peningkatan permintaan CPO dunia mengakibatkan harganya melambung tinggi. Hal ini mendorong pemilik kebun lebih memilih mengekspor dibanding menjualnya di pasar dalam negeri. Akibatnya, pasokan CPO dalam negeri menyusut yang kemudian pabrik-pabrik berbahan baku CPO kesulitan memperoleh pasokan. Untuk memenuhi CPO dalam negeri inilah, PE akhirnya diberlakukan. Pemberlakuan PE mungkin akan menguntungkan negara, yaitu pendapatan negara dari tarif bertambah. Pendapatan dari tarif oleh pemerintah dapat dialokasikan untuk keperluan lain yang seluruh masyarakat bisa merasakannya

Hilirisasi Kelapa Sawit (CPO)


 Tantangan Hilirisasi CPO
 
1.Fluktuasi harga minyak dunia.
2.Banyaknya sengketa lahan perkebunan.
3.Kendala penyediaan lahan oleh pemerintah.
4.Kendala pembiayaan oleh Bank yang kurang support.
5.Terlalu banyak retribusi.
6.Ketidakjelasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
7.Peraturan yang tidak terintegerasi antara lembaga pemerintahan (ex:Menhut dan Pemda)
8.Infrastruktur yang kurang memadai.
9.Masalah pasokan energi listrik juga masih terkendala.
10.Masalah teknologi untuk pengembangan nilai tambah produk sawit yang memerlukan  dana besar.


See the complete presentation Here