Senin, 24 Agustus 2015

Kompetensi Inti dan Persaingan di Masa Depan

Oleh: Maul, Agung dan Balad



A   CORE COMPETENCIES
1.      Pendahuluan
Core competencies adalah semua kapabilitas kritis yang dimiliki suatu organisasi/perusahaan dalam upayanya mencapai keunggulan kompetitif. Titik awal yang digunakan dalam menganalisa core competencies adalah perlunya memahami dulu bahwa berkompetisi di dunia bisnis berarti  perlombaan dalam penguasaan kompetensi, sebagaimana layaknya kompetisi tiada akhir lainnya perusahaan, dalam hal: penguasaan posisi pasar dan meraih kekuatan pasar.

Di dalam operasional kegiatan harian, Senior Manajemen suatu perusahaan tidak akan bisa berfokus pada:
·         seluruh aktivitas dalam berbisnis dan
·         kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh aktivitas tsb.
Jadi, sasaran dari manajemen adalah mengarahkan perhatian pada kompetensi-kompetensi yang benar-benar  berpengaruh pada keunggulan kompetitif.

 Ide pokok tentang Core Competencies pada awalnya dikembangkan oleh G. Hamel dan CK. Prahalad melalui serangkaian artikel dalam majalah bisnis terkemuka dunia (Harvard Business Review) di akhir ’89 dan awal ’90-an, yang diikuti penerbitan buku Best Selling: Competing for The Future (Terbitan Harvard Business School Press). Inti dari ide mereka adalah: sejalan dengan berlangsungnya waktu, perusahaan dapat membangun/memperkuat penguasaan area-area kunci yang menjadi ciri/pembeda perusahaan tersebut dan kritikal terhadap pertumbuhan perusahaan dimasa depan.

Pokok pikiran dari tulisan-tulisan Hamel dan Prahalad adalah adanya keprihatinan akan dominasi perusahaan-perusahaan Jepang dalam kompetisi perdagangan dunia, terutama dalam industri telekomunikasi/elektronika dan otomotif. Dari hubungan yang dekat antara dunia industri dan riset akademis di Amerika, dan studi-studi yang dilakukan maka diterbitkanlah hasil penelitian mereka dalam artikel-artikel dan buku di atas.
2.      Definisi dari Core competence mencakup beberapa elemen
a.      Mengacu lebih kepada seperangkat unsur-unsur skills dan teknologi, ketimbang satu skill atau teknologi discrete (terpisah).
Contoh: FEDEX, memiliki kompetensi dalam bidang transportasi dan pengiriman paket termasuk teknologi bar-code, kemampuan linear programming dll.
Core competence merepresentasikan integrasi dari keragaman skills individu. 
b.      Core competence bukan merupakan asset menurut definisi accounting dan bukan sesuatu yang tidak bernyawa. Core competence adalah suatu aktvitas yang dilahirkan dari akumulasi kegiatan pembelajaran yang semrawut. Pastinya core competence mencakup tacit dan explicit knowledge.
c.       Core dan Non Core Competencies
Core competencies adalah sasaran yang harus dijadikan focus senior manajemen karena merupakan sentral (bukan pelengkap) dalam kemakmuran perusahaan dimasa mendatang (jangka panjang).
d.      Customer Value 
Merupakan criteria ke-3 (setelah a dan b) yang harus dipenuhi untuk dapat dianggap sebagai core competence. Core competencies harus memberikan kontribusi yang utama bagi nilai yang dirasa/dipersepsikan customer.
Contoh: Kecakapan teknik (knowhow) Honda dalam permesinan merupakan core competence, sedangkan pengelolaan relasi keagenan merupakan kapabilitas pelengkap.

3.       Pengertian lain :  Core competence adalah kumpulan pembelajaran (collective learning) didalam organisasi, terutama tentang bagaimana mengkoordinasikan keberagaman skill produksi dan mengintegrasikan berbagai stream teknologi.

Contoh: Bagaimana kapabilitas SONY dalam melakukan miniaturisasi produknya; untuk menghasilkan produk dalam  bentuk fisik yang kecil, SONY harus memastikan bahwa technologists, engineers dan marketers telah memperoleh kesepahaman tentang kebutuhan customer dan technological possibilities.



4.       Mengapa Core Competencies?
Mengacu pada proses internal analisis  (Gambar 4.1) untuk menuju pada keunggulan komparatif dan daya saing strategik, manajemen melakukan telaah terhadap aspek sumber-daya, kapabilitas dan core competence sebagai karekteristik-karakteristik yang menjadi landasan keunggulan kompetitif. Kombinasi dari sumber daya dan kapabilitas dapat dikelola sedemikian rupa agar menghasilkan core compentencies.

Yang dimaksud dengan sumber daya disini adalah seluruh input yang digunakan perusahaan dalam proses produksi, seperti: mesin-mesin, keahlian individual karyawan, hak patent, keuangan serta juga para manager yang berbakat. Resources dapat dibagi dalam 2 kategori: tangible (bersifat visible serta nilainya tercermin di laporan keuangan) dan intangible resources. Dengan sifatnya yang tidak begitu nyata dari intangible asset, kompetitor mengalami kesulitan memahaminya.

Selanjutnya, kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menyebarkan sumber-daya yang sebelumnya merupakan satu kesatuan (integrated) guna mencapai tingkat yang diinginkan. Dasar dari banyak kapabilitas terletak pada keahlian dan knowledge dari karyawan, serta seringnya merupakan keahlian fungsional mereka.

Dengan diperlengkapi knowledge tentang sumber-daya dan kapabilitas, tugas perusahaan berikutnya adalah mengidentifikasi core competenciesnya. Dua alat yang biasa digunakan untuk melakukan identifikasi core competencies adalah:



Component of Internal Analysis Leading to Competitive Advantage and Strategic Competitiveness


1.      Empat kriteria Keunggulan yang berkelanjutan 
Agar satu kapabilitas dapat dianggap sebagai kompetensi inti, maka dia harus: menciptakan nilai bagi perusahaan dengan cara mengeksploitasi peluang atau menetralisir ancaman. Kriteria lainnya: kapabilitas tersebut tidak banyak dimiliki oleh perusahaan pesaing, sulit untuk diimitasi dan tidak memiliki pengganti.
2.      Analisis Value Chain
Dengan analisis ini, perusahaan memilih kompetensi-kompetensi mana saja yang harus dikelola, ditingkatkan atau dibangun, selain juga kompetensi-kompetensi yang  dapat dikerjakan oleh pihak ke-3 (outsourced).

Pada tahapan berikutnya, core competencies yang  telah diidentifikasi akan digunakan oleh perusahaan sebagai keunggulan komparatif dan dimanfaatkan guna mencapai daya saing strategik. Jadi jelas ini disini, kenapa identifikasi core competencies perlu dilakukan dan dikelola lebih lanjut oleh perusahaan.

1.       Type dari Core Competencies
Diantara banyak cara berbeda mengkategorikan core competence, satu diantaranya adalah berdasarkan kategori umum. Menurut kategori ini, core competence terdiri dari:
a.      market-access competencies
Contoh: management of brand development, sales dan marketing, distribution dan logistics, technical support => yaitu seluruh keterampilan/keahlian yang membawa perusahaan kedalam jarak yang dekat dengan pelanggannya.
b.      integrity-related competencies
Contoh: quality, cycle time management, just-in-time inventory management serta kemampuan lain yang membuat perusahaan bergerak lebih cepat, fleksibel atau kedalam tingkat keterandalan yang lebih besar dibandingkan pesaing.
c.       functionality-related competencies
Adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan untuk menanamkan kepada produk/jasanya suatu manfaat yang unik, untuk menanamkan  pada produknya satu manfaat yang berbeda bagi customer, ketimbang hanya membuatnya menjadi sekedar lebih baik (incrementally better).

Functionality-related competencies dipandang lebih penting sebagai sumber dari perbedaaan kompetitif, ketimbang 2 tipe lain core competence diatas.

6.    Chart on Competencies vs. Competitiveness
 




7.      Pohon “Core competence in a Corporation”
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam,  gambar di atas dapat diasosiasikan dalam bentuk pohon
Suatu  korporasi yang terdiri dari beberapa jenis usaha (diversified) dapat diumpamakan seperti sebuah pohon besar.  Batang dan dahan-dahan besar merupakan core product korporasi tersebut, sedangkan dahan kecil merupakan unit bisnis; daun, bunga dan buah pohon tersebut adalah end product. Sistem akar yang mampu menyerap sari makanan, zat lain yang dibutuhkan serta memberikan keseimbangan bagi tegaknya pohon; merupakan core competence.

Pesan dari gambar:  Kekuatan perusahaan kompetitor bisa luput dari pandangan jika anda hanya melihat pada end product mereka.  Dengan asosiasi yang sama, anda dapat keliru menafsirkan kekuatan pohon jika hanya melihat dari daunnya.

7.       Managing Core Competencies
Ada 4 tugas pokok manajemen dalam pengelolaan core competencies;
·          Selecting core competencie, memilih dan menetapkan kompetensi inti bagi perusahaan dan berdampak langsung terhadap bisnis sebuah perusahaan
·         Building core competencie Sasaran pokoknya adalah membangun core competencies secara lebih ekonomis dan lebih cepat dibanding pesaing. Satu cara pengurangan biaya dalam membangun  kompetensi dilakukan dengan meminjam keterampilan dan teknologi dari perusahaan lain yang dilakukan melalui salah satu dari opsi sebagai berikut:  akuisisi, perjanjian lisensi, joint venture, alliansi dan perekrutan kompetitif.
·         Deploying core competencies, Guna mengungkit (leverage) core competencies kepada berbagai jenis usaha serta kepada pasar baru, sering diperlukan penyebaran kompetensi secara internal, dari satu divisi/SBU ke divisi/SBU lainnya. Proses ini diperlukan karena ketika suatu kompetensi terkungkung dalam satu bisnis usaha, maka korporasi mengalami 2 penderitaan:
ü  Pertumbuhan yang lebih lambat, karena potensi kesempatan menggarap kompetensi pada pasar lain tidak dapat dieksploitasi
ü  Terkikisnya kompetensi, karena personel dengan core competencies tidak terutilisasi penuh.
8.4. Protecting core competencies
Agar kompetensi dapat dilindungi, kewaspadaan yang terus menerus harus dicurahkan oleh manajemen puncak. Perlindungan terhadap terkikisnya core competencies hanya dapat dilakukan jika kompetensi itu sendiri  terlihat (visible) oleh manajemen puncak. Untuk itu, perusahaan harus dapat membedakan mana bisnis yang benar-benar jelek versus bisnis yang jelek namun memiliki potensi kompetensi  bernilai yang terpendam didalamnya.

B.  Competition to the Future


Pasar bergerak cepat dan perusahaan mengungguli peranan utama dalam pergerakan pasar dan perusahaan harus mempelajari hubungan pelanggan, penyedia teknologi,pemasok di mana saja mereka berada. Perusahaan memiliki pandangan yang jelas dalam menggerakkan sumberdaya di dalam atau di luar perusahaan untuk mendapatkan kesempatan dalam keunggulan.
Untuk bersaing dengan sukses di masa depan, manajer senior harus lebih dulu memahami bagaimana perbedaan persaingan saat kini dan masa depan dengan menerapkan strategi dan manajemen petinggi menetapkan kembali strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan.
Dampak perubahan masa kini ke masa depan timbul adanya pasar. Di dalam pasar yang ada banyak peraturan persaingan yang telah dibuat: berapa harga, pelanggan yang layak diperhatikan, distribusi mana yang efisien, cara produk dan pelayanan dapat dibedakan, dan berapa tingkat optimal intergrasi vertical. Kemampuan perusahaan mengoptimalkan dalam menciptakan produk, ketrampilan sumberdaya manusia untuk dapat merebut pangsa pasar di masa depan yang lebih luas dengan didukung oleh kompetensi sumberdaya dan keuangan.
Manajemen puncak terdorong menyusun strategi dengan mengoptimalkan pangsa peluang sejalan dengan pangsa pasar. Suatu komitmen untuk membangun kompetensi kepemimpinan di dalam wilayah baru sebelum terdapat bentuk yang tepat dan struktur pasar masa depan tiba dengan lengkap.
Di dalam persaingan masa depan perusahaan (1) memiliki tanggung jawab unit-unit bisnisnya (2) memiliki kemampuan setiap unit bisnis yang terorganisir untuk mencapai tujuan organisasi (3) kebutuhan investasi dan penggunaan waktu yang diperlukan untuk menciptakan kompetensi perusahaan dalam menghadapi persaingan untuk mengakses ke pasar hari esok. Menciptakan masa depan sering meminta perusahaan membangun kompetensi inti baru dan kompetensi yang melebihi unit khusus bisnis mandiri, yang keduanya terkait dalam persyaratan investasi dan jangkauan pelaksanaannya secara potensial.
Di dalam menghadapi persaingan masa depan sebagai perbedaan dari persaingan masa kini, terjadi perbedaan (1) peraturan-peraturan yang belum tersedia secara terstruktur dan (2) kecepatan dalam pengambilan perbedaan masa kini untuk masa depan. Peraturan industri terstruktur dalam hal aturan lebih jelas, konsep produk, batasan investasi yang stabil, perubahan teknologi yang tepat, kebutuhan langganan yang dapat diukur dengan tepat.

Tantangan terakhir menghadapi pertarungan pangsa pasar :
(1) Persaingan pandangan kedepan industri dan kepemimpinan intelektual.
(2) Persaingan migrasi jalan pendek ke depan
(3) Persaingan posisi pasar dan peluang pasar.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar