Oleh: Maul, Agung dan Balad
A CORE COMPETENCIES
1. Pendahuluan
Core competencies adalah semua kapabilitas kritis yang dimiliki suatu organisasi/perusahaan
dalam upayanya mencapai keunggulan kompetitif. Titik
awal yang digunakan dalam menganalisa core competencies
adalah perlunya memahami dulu bahwa berkompetisi di dunia bisnis berarti perlombaan dalam penguasaan kompetensi,
sebagaimana layaknya kompetisi tiada akhir lainnya perusahaan, dalam hal:
penguasaan posisi pasar dan meraih kekuatan pasar.
Di dalam operasional kegiatan harian, Senior Manajemen
suatu perusahaan tidak akan bisa berfokus pada:
·
seluruh aktivitas dalam berbisnis dan
·
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh
aktivitas tsb.
Jadi, sasaran dari manajemen adalah mengarahkan perhatian pada
kompetensi-kompetensi yang benar-benar
berpengaruh pada keunggulan kompetitif.
Ide pokok
tentang Core Competencies pada awalnya
dikembangkan oleh G. Hamel dan CK. Prahalad melalui serangkaian artikel dalam
majalah bisnis terkemuka dunia (Harvard Business Review) di akhir ’89 dan awal
’90-an, yang diikuti penerbitan buku Best Selling: Competing for The Future
(Terbitan Harvard Business School Press). Inti dari ide mereka adalah: sejalan dengan berlangsungnya waktu,
perusahaan dapat membangun/memperkuat penguasaan area-area kunci yang menjadi
ciri/pembeda perusahaan tersebut dan kritikal terhadap pertumbuhan perusahaan
dimasa depan.
Pokok pikiran
dari tulisan-tulisan Hamel dan Prahalad adalah adanya keprihatinan akan
dominasi perusahaan-perusahaan Jepang dalam kompetisi perdagangan dunia,
terutama dalam industri telekomunikasi/elektronika dan otomotif. Dari hubungan
yang dekat antara dunia industri dan riset akademis di Amerika, dan studi-studi
yang dilakukan maka diterbitkanlah hasil penelitian mereka dalam
artikel-artikel dan buku di atas.
2. Definisi dari Core competence mencakup beberapa elemen
a. Mengacu lebih kepada
seperangkat unsur-unsur skills dan
teknologi, ketimbang satu skill atau teknologi discrete (terpisah).
Contoh: FEDEX,
memiliki kompetensi dalam bidang transportasi dan pengiriman paket termasuk teknologi
bar-code, kemampuan linear programming dll.
Core
competence
merepresentasikan integrasi dari
keragaman skills individu.
b. Core competence bukan
merupakan asset menurut definisi accounting dan bukan sesuatu yang tidak
bernyawa. Core competence adalah
suatu aktvitas yang dilahirkan dari akumulasi kegiatan pembelajaran yang
semrawut. Pastinya core competence mencakup tacit dan explicit knowledge.
c.
Core dan Non Core
Competencies
Core
competencies adalah
sasaran yang harus dijadikan focus senior manajemen karena merupakan sentral
(bukan pelengkap) dalam kemakmuran perusahaan dimasa mendatang (jangka
panjang).
d.
Customer Value
Merupakan criteria
ke-3 (setelah a dan b) yang harus dipenuhi untuk dapat dianggap sebagai core competence. Core competencies harus memberikan kontribusi yang utama bagi nilai
yang dirasa/dipersepsikan customer.
Contoh: Kecakapan teknik (knowhow)
Honda dalam permesinan merupakan core
competence, sedangkan pengelolaan relasi keagenan merupakan kapabilitas
pelengkap.
3. Pengertian lain : Core competence adalah kumpulan pembelajaran (collective learning) didalam organisasi,
terutama tentang bagaimana mengkoordinasikan keberagaman skill produksi dan
mengintegrasikan berbagai stream teknologi.
Contoh: Bagaimana kapabilitas SONY
dalam melakukan miniaturisasi produknya; untuk menghasilkan produk dalam bentuk fisik yang kecil, SONY harus
memastikan bahwa technologists, engineers dan marketers telah memperoleh
kesepahaman tentang kebutuhan customer dan technological possibilities.
4. Mengapa Core Competencies?
Mengacu pada
proses internal analisis (Gambar 4.1) untuk
menuju pada keunggulan komparatif dan daya saing strategik, manajemen melakukan
telaah terhadap aspek sumber-daya, kapabilitas dan core competence sebagai karekteristik-karakteristik yang menjadi
landasan keunggulan kompetitif. Kombinasi dari sumber daya dan kapabilitas
dapat dikelola sedemikian rupa agar menghasilkan core compentencies.
Yang dimaksud
dengan sumber daya disini adalah seluruh input yang digunakan perusahaan dalam
proses produksi, seperti: mesin-mesin, keahlian individual karyawan, hak
patent, keuangan serta juga para manager yang berbakat. Resources dapat dibagi
dalam 2 kategori: tangible (bersifat visible
serta nilainya tercermin di laporan keuangan) dan intangible resources. Dengan sifatnya yang tidak begitu nyata dari intangible asset, kompetitor mengalami
kesulitan memahaminya.
Selanjutnya,
kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menyebarkan sumber-daya yang
sebelumnya merupakan satu kesatuan (integrated)
guna mencapai tingkat yang diinginkan. Dasar dari banyak kapabilitas terletak
pada keahlian dan knowledge dari
karyawan, serta seringnya merupakan keahlian fungsional mereka.
Dengan
diperlengkapi knowledge tentang sumber-daya
dan kapabilitas, tugas perusahaan berikutnya adalah mengidentifikasi core competenciesnya. Dua alat yang
biasa digunakan untuk melakukan identifikasi
core competencies adalah:
Component of
Internal Analysis Leading to Competitive Advantage and Strategic
Competitiveness
1. Empat kriteria Keunggulan yang berkelanjutan
Agar satu kapabilitas dapat dianggap sebagai kompetensi inti, maka dia
harus: menciptakan nilai bagi perusahaan dengan cara mengeksploitasi peluang
atau menetralisir ancaman. Kriteria lainnya: kapabilitas tersebut tidak banyak
dimiliki oleh perusahaan pesaing, sulit untuk diimitasi dan tidak memiliki
pengganti.
2.
Analisis Value Chain
Dengan analisis ini, perusahaan memilih kompetensi-kompetensi mana saja
yang harus dikelola, ditingkatkan atau dibangun, selain juga
kompetensi-kompetensi yang dapat
dikerjakan oleh pihak ke-3 (outsourced).
Pada tahapan
berikutnya, core competencies yang telah diidentifikasi akan digunakan oleh
perusahaan sebagai keunggulan komparatif dan dimanfaatkan guna mencapai daya
saing strategik. Jadi jelas ini disini, kenapa identifikasi core competencies perlu dilakukan dan
dikelola lebih lanjut oleh perusahaan.
1. Type dari Core Competencies
Diantara banyak cara berbeda
mengkategorikan core competence, satu diantaranya adalah berdasarkan kategori
umum. Menurut kategori ini, core competence terdiri dari:
a.
market-access
competencies
Contoh: management of brand development, sales dan marketing, distribution dan logistics, technical support =>
yaitu seluruh keterampilan/keahlian yang membawa perusahaan kedalam jarak yang
dekat dengan pelanggannya.
b.
integrity-related
competencies
Contoh: quality, cycle time management, just-in-time inventory management
serta kemampuan lain yang membuat perusahaan bergerak lebih cepat, fleksibel
atau kedalam tingkat keterandalan yang lebih besar dibandingkan pesaing.
c.
functionality-related
competencies
Adalah keterampilan
yang memungkinkan perusahaan untuk menanamkan kepada produk/jasanya suatu
manfaat yang unik, untuk menanamkan pada
produknya satu manfaat yang berbeda bagi customer, ketimbang hanya membuatnya
menjadi sekedar lebih baik (incrementally
better).
Functionality-related competencies dipandang lebih penting sebagai sumber dari perbedaaan
kompetitif, ketimbang 2 tipe lain core competence diatas.
6. Chart
on Competencies vs. Competitiveness
7.
Pohon “Core competence in a Corporation”
Untuk memperoleh
pemahaman yang lebih dalam, gambar di
atas dapat diasosiasikan dalam bentuk pohon
Suatu korporasi yang terdiri dari
beberapa jenis usaha (diversified)
dapat diumpamakan seperti sebuah pohon besar.
Batang dan dahan-dahan besar merupakan core product korporasi tersebut, sedangkan dahan kecil merupakan
unit bisnis; daun, bunga dan buah pohon tersebut adalah end product. Sistem akar yang mampu menyerap sari makanan, zat lain
yang dibutuhkan serta memberikan keseimbangan bagi tegaknya pohon; merupakan core competence.
Pesan dari gambar: Kekuatan perusahaan kompetitor bisa luput dari pandangan jika anda hanya
melihat pada end product mereka. Dengan
asosiasi yang sama, anda dapat keliru menafsirkan kekuatan pohon jika hanya
melihat dari daunnya.
7.
Managing Core Competencies
Ada 4 tugas pokok manajemen dalam
pengelolaan core competencies;
·
Selecting core competencie,
memilih dan menetapkan kompetensi inti bagi perusahaan dan
berdampak langsung terhadap bisnis sebuah perusahaan
·
Building core competencie Sasaran pokoknya adalah membangun core competencies secara lebih ekonomis dan lebih cepat dibanding
pesaing. Satu cara pengurangan biaya dalam membangun kompetensi dilakukan dengan meminjam
keterampilan dan teknologi dari perusahaan lain yang dilakukan melalui salah
satu dari opsi sebagai berikut:
akuisisi, perjanjian lisensi,
joint venture, alliansi dan perekrutan kompetitif.
·
Deploying core competencies, Guna mengungkit (leverage) core competencies kepada berbagai jenis usaha serta kepada pasar
baru, sering diperlukan penyebaran kompetensi secara internal, dari satu
divisi/SBU ke divisi/SBU lainnya. Proses ini diperlukan karena ketika suatu kompetensi
terkungkung dalam satu bisnis usaha, maka korporasi mengalami 2 penderitaan:
ü Pertumbuhan yang lebih
lambat, karena potensi kesempatan menggarap kompetensi pada pasar lain tidak
dapat dieksploitasi
ü Terkikisnya
kompetensi, karena personel dengan core
competencies tidak terutilisasi penuh.
8.4. Protecting core competencies
Agar kompetensi
dapat dilindungi, kewaspadaan yang terus menerus harus dicurahkan oleh
manajemen puncak. Perlindungan terhadap terkikisnya core competencies hanya dapat dilakukan jika kompetensi itu
sendiri terlihat (visible) oleh manajemen puncak. Untuk itu, perusahaan harus dapat
membedakan mana bisnis yang benar-benar jelek versus bisnis yang jelek namun memiliki potensi kompetensi bernilai yang terpendam didalamnya.
B. Competition to the Future
Pasar bergerak cepat
dan perusahaan mengungguli peranan utama dalam pergerakan pasar dan perusahaan
harus mempelajari hubungan pelanggan, penyedia teknologi,pemasok di mana saja
mereka berada. Perusahaan memiliki pandangan yang jelas dalam menggerakkan
sumberdaya di dalam atau di luar perusahaan untuk mendapatkan kesempatan dalam
keunggulan.
Untuk bersaing dengan
sukses di masa depan, manajer senior harus lebih dulu memahami bagaimana
perbedaan persaingan saat kini dan masa depan dengan menerapkan strategi dan
manajemen petinggi menetapkan kembali strategi yang tepat untuk menghadapi
persaingan.
Dampak perubahan masa
kini ke masa depan timbul adanya pasar. Di dalam pasar yang ada banyak
peraturan persaingan yang telah dibuat: berapa harga, pelanggan yang layak
diperhatikan, distribusi mana yang efisien, cara produk dan pelayanan dapat
dibedakan, dan berapa tingkat optimal intergrasi vertical. Kemampuan perusahaan
mengoptimalkan dalam menciptakan produk, ketrampilan sumberdaya manusia untuk
dapat merebut pangsa pasar di masa depan yang lebih luas dengan didukung oleh
kompetensi sumberdaya dan keuangan.
Manajemen puncak
terdorong menyusun strategi dengan mengoptimalkan pangsa peluang sejalan dengan
pangsa pasar. Suatu komitmen untuk membangun kompetensi kepemimpinan di dalam
wilayah baru sebelum terdapat bentuk yang tepat dan struktur pasar masa depan
tiba dengan lengkap.
Di dalam persaingan
masa depan perusahaan (1) memiliki tanggung jawab unit-unit bisnisnya (2)
memiliki kemampuan setiap unit bisnis yang terorganisir untuk mencapai tujuan
organisasi (3) kebutuhan investasi dan penggunaan waktu yang diperlukan untuk
menciptakan kompetensi perusahaan dalam menghadapi persaingan untuk mengakses
ke pasar hari esok. Menciptakan masa depan sering meminta perusahaan membangun
kompetensi inti baru dan kompetensi yang melebihi unit khusus bisnis mandiri,
yang keduanya terkait dalam persyaratan investasi dan jangkauan pelaksanaannya secara
potensial.
Di dalam menghadapi
persaingan masa depan sebagai perbedaan dari persaingan masa kini, terjadi
perbedaan (1) peraturan-peraturan yang belum tersedia secara terstruktur dan
(2) kecepatan dalam pengambilan perbedaan masa kini untuk masa depan. Peraturan
industri terstruktur dalam hal aturan lebih jelas, konsep produk, batasan
investasi yang stabil, perubahan teknologi yang tepat, kebutuhan langganan yang
dapat diukur dengan tepat.
Tantangan terakhir menghadapi pertarungan
pangsa pasar :
(1) Persaingan pandangan kedepan industri
dan kepemimpinan intelektual.
(2) Persaingan migrasi jalan pendek ke depan
(3) Persaingan posisi pasar dan peluang
pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar