Tampilkan postingan dengan label Manajemen OSDM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen OSDM. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 April 2015

Kajian Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia (Studi Kasus di BUMD X)

oleh: M. Maulana Hamzah



A. Pendahuluan
Rendahnya kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) di BUMD telah disadari oleh pihak manajemen, maka dilakukanlah beberapa solusi untuk meningkatkan efektifitas kinerjanya diantaranya:
1. Berperan Aktif dalam Pendidikan dan Pelatihan. Bentuknya ada dua yaitu teknis dan administratif, lokasinya didalam dan diluar negeri. Didalam negeri melalui diklat-diklat, seminar lokakarya dan studi banding. Namun hal ini belum optimal karena belum dilakukan berdasarkan hasil penilaian kebutuhan pelatihan. Dan tidak ada laporan progress yang jelas.
2. Sistem Karir. Tujuannya agar pegawai dapat berkembang baik kemampuan wawasan dan pekerjaan. Sistem karir dilakukan berdasarkan DUK (daftar urut kepangkatan) secara transparan oleh direksi. Namun banyak pegawai yang terhambat oleh sistem ini, contoh pegawai NIP hanya bisa naik golongan tiga kali walaupun punya kemampuan lebih, sistem karir dengan pangkat lokalpun masih terkendala “budaya lingkungan” Pemda.
3. Penilaian Kinerja Pegawai. Meliputi perencanaan kinerja, pelatihan kerja dan evaluasi kinerja. Diterapkan sistem penilaian pelaksanaan kinerja melalui DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS) orientasinya adalah attitude dan prestasi kerja. DP3 diisi oleh pejabat penilai. Ditandatangani oleh yang dinilai, pejabat penilai dan atasan pejabat penilai. Namun sistem ini belum mencerminkan aspek keadilan dan obyektifitas penilaian. Karena unsur penilain dianggap belum mencerminkan pekerjaan. Dan hasil penilaian ini belum ada tindak lanjutnya pada karir. 

Rabu, 18 Maret 2015

Kajian Manajemen Organisasi Perspektif Islam



(Tinjauan Komparatif Lingkungan Organisasi Barat dan Islam)

Oleh: M. Maulana Hamzah
A. Pendahuluan.
Manajemen dan Organisasi adalah 2 hal yang tidak dapat dipisah. Karena manajemen adalah ruh dari organisasi itu sendiri. Organisasi bila kita telaah secara bahasa berasal dari kata organ yang bararti bagian dari suatu hal yang kemudian disusun dan diatur dengan porsi dan fungsinya masing-masing sehingga mampu bekerja secara efektif dan efisien. Contoh mudahnya adalah tubuh kita sendiri. Tubuh manusia terdiri dari beberapa organ, baik dari 5 panca indra, tangan dan jemarinya, kaki dan ketebalan telapak kakinya semuanya sudah diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk dan jumlah yang sangat proporsional. Sehingga jari mudah untuk mengetik, hidung mudah untuk bernafas, lisan mudah untuk berbicara dan jantung mudah untuk mengalirkan darah. Semua saling melengkapi, dan bila ada satu bagiann yang rusak, maka bagian lain akan merasakan dampaknya. Kerusakan dan malfunction organ tersebut dapat terjadi bila hati, akal dan nafsu sebagai top managementnya tidak memanage-nya dengan baik, maka tak heran banyak manusia yang mudah terserang penyakit, mudah lelah, malas bekerja, dan lain sebagainya dikarenakan manajemen dirinya yang belum baik.
Maka kini kita banyak melihat layar media banyak menginformasikan gaya hidup sehat sebagai bentuk konkriit yang berusaha memberikan pelajaran bagi kita bagaimana memanajemen kesehatan dalam diri kita. Dilain pihak banyak juga yang berusaha mencari ketenangana hati dengan menyepi dari kisruh dunia guna menemukan keseimbangan ruhani dan jasadi. Semua itu adalah seni manajemen yang banyak dilakukan manusia, formatnya beragam, tergantung ilmu yang ia pahami, pengalaman yang mendidiknya dan keyakinan yang menopang jiwanya. Maka dari itu dalam al-quran Allah SWT berfirman:
“dan didalam dirimu, apakah kamu tidak memperhatikan” (Adzariyat : 21)

Senin, 16 Maret 2015

BUDAYA KERJA PERUSAHAAN PADA BANK MUMALAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI DAN MONETER TAHUN 1998



Oleh:
Hendri Wijaya
EK. 18

Tahun 1998 menjadi saksi bagi tragedi keuangan terburuk Republik Indonesia. Selama periode Sembilan bulan pertama 1998 merupakan periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan pada enam bulan selama 1997 semakin memburuk dalam tempo yang relatif cepat. Bagaikan efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar baht di Thailand ini menjalar menjadi krisis ekonomi, berlanjut menjadi krisis sosial, bahkan hingga krisis politik. Akhirnya pada puncaknya melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa.
Salah satu faktor yang mempercepat efek bola salju ini di Indonesia adalah menguapnya kepercayaan masyarakat akibat sikap pemerintah yang plin-plan, ditambah lagi dengan besarnya hutang luar negeri pemerintah yang segera jatuh tempo. Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai $138 milyar dollar, sekitar $72,5 milyar dollar adalah utang jangka pendek dimana sekitar $20 milyar dollar akan jatuh tempo pada tahun 1998. Sedangkan pada saat itu cadangan devisa Negara tinggal sekitar $14,44 milyar dollar. Hal ini semakin diperparah dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang pada tahun 1997 berada di level Rp. 4850/dollar menjadi terjun bebas ke level Rp. 17.000/dollar pada Januari 1998.

Jumat, 13 Maret 2015

Kajian Manajemen Strategis Sumber Daya Manusia (SDM) dengan Analisa SWOT (Studi Kasus di SEAMEO BIOTROP)


oleh: M. Maulana Hamzah

A. Pendahuluan
A.1. Latar Belakang
Setiap organisasi baik yang bersifat profit (perusahaan) lembaga (social, atau penelitian) tentu memerlukan manajemen yang baik dalam membina manusia yang bekerja didalamnya. Manajamen secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu yang berarti mengatur dan mengelola. Pengaturan dan pengeloaan ini bertujuan untuk menghasilkan efisiensi dari input, proses hingga menghasilkan output yang optimal sesuai dengan tujuan organisasi. Karena itulah pola manajemen tiap organisasi akan berbeda antara satu dan yang lainnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan dari perusahaan tersebut.
Dalam hal ini organisasi tak akan bisa berjalan dengan baik bila penanganan manusia sebagai subjek yang akan menjalankan operasional perusahaan tidak diatur dengan baik, maka dari itulah diperlukan manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan optimal. Untuk bisa bekerja secara efektif, seorang manager SDM harus memahami lingkungan budaya, beragam praktek dan sistem manajemen untuk membangun manajemen yang tepat. Pola staffing dalam organisasi, mendesign bentuk pekerjaan dan tim didalamnya, mengembangkan skill karyawan, melakukan identifikasi guna meningkatkan kemampuan mereka dan memberi reward bagi karyawan berprestasi adalah diantatra isu-isu yang berkembang seputar manajemen SDM.

Jawaban Untuk Kasus “Google’s Googling Culture,”



Nama  : M. Maulana Hamzah
NRP     : P056132843.18EK
Jur       : Magister Manajemen Syariah 
----------------------------------------------------------------

Pertanyaan 1: Apakah tantangan utama dari lingkungan organisasi?
Jawaban:
·   Tantangan lingkungan diawal-awal perkembangan google adalah terbatasnya lahan dan dana operasional
·         Persaingan kreativitas dengan pesaing seperti Yahoo dan Microsoft.
·         Tinggiya ketidakpastian dalam industry perangkat lunak.
·         Kebutuhan akan SDM yang kreatif dan Inovatif yang tinggi. Maka dibutuhkan budaya organisasi yang tepat untuk menarik dan menjaga SDM tersebut agar tetap loyal. Diantaranya dengan penerapan budaya “googling” seperti budaya wirausaha dan kebebasan mengekspresikan ide dikalangan karyawannya.

Pertanyaan 2: Bagaimana organizational design dari Google yang menyangkut complexity, formalization dan centralization?
Jawaban:

Refleksi Kritis “Models of Organizational Decision Making by Gareth Jones”


Nama  : M. Maulana Hamzah
NRP    : P056132843.18EK
Jur       : Magister Manajemen Syariah
---------------------------------------------------------------------
Dikutip dan direview dai buku. Gareth Jones. Organizational Theory, Design, and Change: Text and Cases Hal 356 - 363



1. The Rational Model (Model Rasional)

Deskripsi:
Model ini secara berturut-turut terdiri dari 3 tahapan proses:
·         Tahap 1: Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
·         Tahap 2: Membuat Beragam Solusi Alternatif
·         Tahap 3: Menentukan solusi dan menerapkannya

Catatan Penulis :
Model ini hanya cocok untuk situasi ideal dimana factor tak terduga dianggap tak ada. Dan keadaan seperti itu tak pernah benar-benar terjadi. Model Rasional mengabaikan faktor ambiguitas, uncertainty dan chaos yang biasanya terjadi dalam setiap pengambilan keputusan. Ada 3 kritik yang diajukan Gareth Jones pada model rasional yaitu:

·         Asumsi bahwa decision makers memiliki semua informasi yang ia butuhkan
·         Asumsi bahwa decision makers mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan terbaik
·         Asumsi bahwa decision makers setuju tentang kebutuhan apa saja yang hars dipenuhi.