Kamis, 13 Agustus 2015

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD & STRATEGY MAPS

Oleh: Agung, Maul, Balad



A.      PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis perbankan syariah yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan yang besar dalam persaingan, pemasaran, pengelolaan sumberdaya manusia dan penanganan transaksi antara perusahaan dan nasabah, serta perusahaan dengan perusahaan lain. Hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki keunggulan yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective. Keadaan ini memaksa manajemen untuk berupaya menyiapkan, menyempurnakan ataupun mencari strategi-strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan. Oleh karena itu, perusahaan dalam hal ini manajemen harus mengkaji ulang prinsip-prinsip yang selama ini digunakan agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam persaingan yang semakin ketat untuk dapat menghasilkan produk dan jasa bagi masyarakat.
Kunci persaingan dalam pasar perbankan adalah kualitas total yang mancakup penekanan-penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya, kualitaspelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan bentuk-bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal. Sehingga meningkatnya persaingan bisnis memacu manajemen untuk lebih memperhatikan sedikitnya dua hal penting yaitu “keunggulan” dan “nilai”.
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.
Perbankan syariah sebagaimana umumnya perusahaan-perusahaan (perbankan) lainnya di Indonesia hanya menggunakan tolok ukur keuangan untuk melihat kinerja bisnisnya. Tolok ukur kinerja keuangan pada bank syariah meliputi Asset, NPF,  return on asset (ROA), return on earning asset (ROEA), asset turn over (ATO), Capital adequacy ratio (CAR), loan to deposit ratio (LDR), liabilities to asset, earning per share dan beberapa rasio keuangan lainnya. Sedangkan unsur non keuangan (non nancing) masih belum menjadi aspek penting dari penilaian kinerja perbankan syariah. Padahal, penilaian kinerja perbankan dari aspek keuangan sebetulnya belum cukup mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan sudah baik atau belum. Hal ini disebabkan ukuran-ukuran keuangan tidak memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan, karena tidak memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial misalnya sisi pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan.
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang. Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan, maka perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih baik.
Balanced Scorecard merupakan suatu konsep manajemen kontemporer yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja. Pengukuran kinerja ini dilakukan dengan komprehensif, terukur dan berimbang dengan melihat dari perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Berdasarkan latar belakang diatas, diperlukan adanya penelitian untuk menilai kinerja perbankan syariah dengan menggunakan pendekatan yang lebih komprehensif, yaitu dengan model Balanced Scorecard, studi kasus PT Bank Syariah Mandiri


B.       KERANGKA TEORI
1.        Definisi & Konsep Balanced Scorecard
Pada tahun 1992 Robert S Kaplan dan David P Norton merevolusi pemikiran konvensional mengenai metrik kinerja dalam konsep balanced score card. Jika konsep konvensional hanya berbicara mengenai target organisasi dalam hal finansial saja maka balanced score card juga mengukur target non finansial.
Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu nilai (scorecard) dan balanced (berimbang). Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja personil atau organisasi yang dibandingkan dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi. Berimbang (balanced) disini artinya kinerja personil diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Balanced Scorecard merupakan kerangka kerja manajemen kinerja strategis yang membantu organisasi dengan mengukur dan / atau pemantauan kinerja mereka dan mengelola pelaksanaan strategi mereka. Ini membantu untuk mengidentifikasi baik berbagai fungsi internal dan eksternal hasil konsekuensial mereka. Alat manajemen isolat empat aspek yang berbeda yang harus dianalisis: 1) proses bisnis, 2) pembelajaran dan pertumbuhan, 3) keuangan, dan 4) pelanggan.
Ukuran-ukuran kinerja dalam Balanced Scorecard merupakan penjabaran dari visi dan strategi perusahaan, seperti yang juga dinyatakan oleh Chow et al. dalam Maman (2004: 85), berikut ini:
A well-designed Balanced Scorecard combines financial measures of past performance with measures of the firm’s drivers of future performance. Thee specific objectives and measures of an organization’s Balanced Scorecard are derived from the firm’s vision and strategies.
Strategi perusahaan, yang merupakan dasar penyusunan sebuah scorecard, dikembangkan dari visi perusahaan. Visi ini memberikan gambaran masa depan perusahaan yang menjelaskan arah organisasi dan membantu insan perusahaan dalam memahami kenapa dan bagaimana mereka memberikan kontribusi kepada perusahaan. Visi juga merupakan penghubung antara misi dan nilai pokok (core values) yang sifatnya stabil sepanjang waktu dengan strategi yang sifatnya dinamis.
Balanced Scorecard paling tidak terdiri dari empat perspektif yang umum, yaitu: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Scorecard harus menjelaskan strategi perusahaan, dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang, dan kemudian mengaitkannya dengan berbagai urutan tindakan yang harus diambil berkenaan dengan proses _nansial, pelanggan, proses internal dan para pekerja serta sistem untuk menghasilkan kinerja ekonomis jangka panjang yang diinginkan perusahaan.
1. Perspektif Keuangan
Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua perspektif lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dan ukuran finansial harus memainkan peran ganda, yakni: menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya.
2. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini perusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perusahaan biasanya memilih dua kelompok ukuran untuk perspektif pelanggan. Kelompok ukuran pertama merupakan ukuran generik yang digunakan oleh hampir semua perusahaan. Kelompok ini meliputi: pangsa pasar, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan. Kelompok ukuran kedua merupakan faktor pendorong kinerja –pembeda (difierentiator)– hasil pelanggan. Semua ukuran ini memberi jawaban atas pertanyaan apa yang harus diberikan perusahaan kepada pelanggan agar tingkat kepuasan, retensi, akuisisi, dan pangsa pasar yang tinggi dapat tercapai.
3. Perspektif Pelanggan
Pada perspektif ini, para manajer melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal mengidenti_kasikan apa yang harus dikuasai perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang istimewa. Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang ambisius dalam ketiga perspektif lainnya dapat terwujud.
2.      Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard
Menurut David (2003), manajemen strategik didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional demi pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategik difokuskan kepada bagaimana memadukan manajemen-manajemen pemasaran, keuangan/akunting, produksi dan operasi, penelitian danpengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan suatu organisasi. Saat ini banyak yang menggunakan BSC bukan hanya untuk mengukur kinerja, melainkan sebagai inti dari sistem manajemen strategik. Artinya, bahwa BSC yang terdiri dari 4 perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran, tidak lagi diartikan secara harfiah sebagai pengukur kinerja, namun telah tersirat makna sebagai suatu kerangka berfikir (framework of thinking) dalam pengembangan peta startegi (strategy map). Balanced score card merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional (Hansen dan mowen, 2003).
Menurut Mulyadi (2001) manajemen strategik berbasis balanced score card dipacu oleh usaha untuk menghasilkan value terbaik bagi customer, sehingga dikenal dengan nama customer value-based model of startegic manajement. Ada tiga pertanyaan yang harus dijawab dalam proses manajemen berbasis BSC, yaitu:
1.        Untuk memenuhi kebutuhan customer apa kita berbisnis?
2.        Bagaimana kita dapat menyediakan value terbaik untuk memuasi kebutuhan customer tersebut?
3.        Apa yang dapat kita peroleh dari penyediaan value tersebut?
Untuk memenuhi kebutuhan customer dengan tepat, manajemen perlu melakukan eksplorasi ke lingkungan makro dan lingkungan industri dari perusahaan. Hasil eksplorasi ini akan menghasilkan misi yang menjawab tiga pertanyaan mendasar, yaitu: (1) kebutuhan apa yang dipenuhi, (2) siapa customernya, dan (3) pada bisnis apa usaha dijalankan. Setelah ditetapkan kebutuhan yang akan dipenuhi, diidentifikasi customer yang akan dilayani dan dipilih bisnis yang akan dijalankan, manajemen kemudian merusmuskan kompetensi inti (core competence) yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Kompentensi inti adalah kompetensi sumber daya manusia atau organisasi dalam memanfaatkan sumber daya lain yang sulit untuk ditandingi oleh pesaing dalam menghasilkan produk dan jasa bagi customer.
Konsep BSC lebih memiliki kemampuan menjawab berbagai persoalan pengukuran secara komprehensif, integral dan dapat dipakai dengan mudah sebagai pijakan didalam mendesain organisasi dan manajemen instansi pemerintah kedepan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), BSC mempunyai beberapa karakterisktik, yakni: komprehensif, koheren, berimbang, dan terukur.

3.      Strategic Map
Adalah peta strategi yang dijabarkan dari hasil penerjemahan visi dan misi perusahaan sebelum menjadi balanced score card.



Gambar 1
Sumber: Kaplan & Norton



1.      Balanced Scorecard Pada Perbankan Syariah
Dalam konteks perbankan syariah, penerapan sistem manajemen berbasis BSC dapat digunakan sebagai suatu sistem pengukuran kinerja yang secara terus menerus akan memantau keberhasilan penerapan strategi perusahaan dan mengukur kinerja perusahaan secara komprehensif dan seimbang sehingga kinerja perusahaan setiap saat dapat diketahui dengan jelas. Dalam pengukuran kinerja bank syariah, BSC diterapkan berdasarkan tolok ukur sebagai berikut.
1. Perspektif Keuangan
Ukuran kinerja keuangan yang akan digunakan pada perbankan syariah adalah:
1.      Asset
2.      Market Share
3.      NPF
4.      ROA
5.      ROE
6.      Net Margin Bagi Hasil
7.      Pencapaian laba

1.      Perspektif Bisnis Internal
Perspektif ini memiliki dua sasaran strategis, yaitu ;
1.      Mengembangkan produk-produk baru yang dapat diandalkan, terutama yang spesifik dan produk unit dari perbankan syariah. Contohnya : Gold Installment, Hajj Saving
2.      Perbaikan bisnis proses baik dari sisi front¸middle, dan back end.
3.      Pengembangan infrastruktur IT dan E-Channel

2.      Perspektif Nasabah
Untuk mengukur kinerja perspektif nasabah dalam persaingan bisnis, dapat dipergunakannya perhitungan yang sesuai, yaitu ;
1.      Perbaikan SLA Layanan yang lebih kompetitif dibandingkan dengan bank pesaing
2.      Mempertahankan nasabah excisting dan akuisisi nasabah baru
3.      Kepuasan dan loyalitas nasabah
4.      Penilaian MRI
3.      Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Terdapat dua sasaran strategis dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:
a.    Meningkatkan profesionalisme pegawai dengan menggunakan tingkat kepuasan karyawan dan pengembangan pegawai dibandingkan dengan rencana pengembangan keahlian sebagai tolok ukur.
b.    Meningkatkan pengawasan dan budaya patuh pada aturan. Dalam sasaran strategis ini yang dijadikan tolok ukur adalah indeks kepatuhan pegawai.

CONTOH STRATEGY MAP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar