Oleh: Agung, Maul, Balad
CONTOH STRATEGY MAP
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis perbankan syariah yang semakin
kompetitif menyebabkan perubahan yang besar dalam persaingan, pemasaran,
pengelolaan sumberdaya manusia dan penanganan transaksi antara perusahaan dan
nasabah, serta perusahaan dengan perusahaan lain. Hanya perusahaan-perusahaan
yang memiliki keunggulan yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan konsumen,
mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective. Keadaan ini
memaksa manajemen untuk berupaya menyiapkan, menyempurnakan ataupun mencari
strategi-strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang
dalam persaingan. Oleh karena itu, perusahaan dalam hal ini manajemen harus
mengkaji ulang prinsip-prinsip yang selama ini digunakan agar dapat bertahan
dan bertumbuh dalam persaingan yang semakin ketat untuk dapat menghasilkan
produk dan jasa bagi masyarakat.
Kunci persaingan dalam pasar perbankan adalah kualitas
total yang mancakup penekanan-penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya,
kualitaspelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan
bentuk-bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan
terus menerus kepada pelanggan agar tercipta pelanggan yang loyal. Sehingga
meningkatnya persaingan bisnis memacu manajemen untuk lebih memperhatikan
sedikitnya dua hal penting yaitu “keunggulan” dan “nilai”.
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu
faktor yang penting dalam perusahaan. Selain digunakan untuk menilai
keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar
untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan
tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen juga dapat
menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada
periode yang lalu.
Perbankan syariah sebagaimana umumnya
perusahaan-perusahaan (perbankan) lainnya di Indonesia hanya menggunakan tolok
ukur keuangan untuk melihat kinerja bisnisnya. Tolok ukur kinerja keuangan pada
bank syariah meliputi Asset, NPF, return
on asset (ROA), return on earning asset (ROEA),
asset turn over (ATO), Capital adequacy ratio (CAR), loan to
deposit ratio (LDR), liabilities to asset, earning per share dan
beberapa rasio keuangan lainnya. Sedangkan unsur non keuangan (non nancing)
masih belum menjadi aspek penting dari penilaian kinerja perbankan syariah.
Padahal, penilaian kinerja perbankan dari aspek keuangan sebetulnya belum cukup
mewakili untuk menyimpulkan apakah kinerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan
sudah baik atau belum. Hal ini disebabkan ukuran-ukuran keuangan tidak
memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan, karena tidak
memperhatikan hal-hal lain di luar sisi finansial misalnya sisi pelanggan yang
merupakan fokus penting bagi perusahaan dan karyawan, padahal dua hal tersebut
merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan.
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang
bertujuan untuk menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced
Scorecard yang dikembangkan oleh Norton pada tahun 1990. Balanced
Scorecard merupakan suatu ukuran yang cukup komprehensif dalam mewujudkan
kinerja, yang mana keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat
jangka panjang. Balanced Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur
kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara
total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi. Dengan pengukuran kinerja yang
komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran keuangan tetapi penggabungan
ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan, maka perusahaan dapat menjalankan
bisnisnya dengan lebih baik.
Balanced Scorecard merupakan suatu konsep manajemen kontemporer yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja. Pengukuran kinerja ini dilakukan
dengan komprehensif, terukur dan berimbang dengan melihat dari perspektif
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Berdasarkan latar belakang diatas, diperlukan adanya
penelitian untuk menilai kinerja perbankan syariah dengan menggunakan
pendekatan yang lebih komprehensif, yaitu dengan model Balanced Scorecard, studi kasus PT Bank Syariah Mandiri
B.
KERANGKA TEORI
1.
Definisi &
Konsep Balanced Scorecard
Pada tahun 1992 Robert S Kaplan dan David P Norton
merevolusi pemikiran konvensional mengenai metrik kinerja dalam konsep balanced
score card. Jika konsep konvensional hanya berbicara mengenai target organisasi
dalam hal finansial saja maka balanced score card juga mengukur target non
finansial.
Balanced Scorecard terdiri dari 2 suku kata yaitu kartu
nilai (scorecard) dan balanced (berimbang). Maksudnya adalah
kartu nilai untuk mengukur kinerja personil atau organisasi yang dibandingkan
dengan kinerja yang direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi.
Berimbang (balanced) disini artinya kinerja personil diukur secara
berimbang dari dua aspek: keuangan dan non-keuangan, jangka pendek dan jangka
panjang, intern dan ekstern.
Balanced
Scorecard merupakan kerangka kerja
manajemen kinerja strategis yang membantu organisasi dengan mengukur dan /
atau pemantauan kinerja
mereka dan mengelola pelaksanaan
strategi mereka. Ini membantu untuk
mengidentifikasi baik berbagai fungsi internal
dan eksternal hasil konsekuensial mereka. Alat
manajemen isolat empat aspek
yang berbeda yang harus dianalisis: 1) proses
bisnis, 2) pembelajaran dan pertumbuhan,
3) keuangan, dan
4) pelanggan.
Ukuran-ukuran kinerja dalam Balanced
Scorecard merupakan penjabaran dari visi dan strategi perusahaan, seperti
yang juga dinyatakan oleh Chow et al. dalam Maman (2004: 85), berikut ini:
A well-designed Balanced Scorecard
combines financial measures of past performance with measures of the firm’s
drivers of future performance. Thee specific objectives and measures of an
organization’s Balanced Scorecard are derived from the firm’s vision and
strategies.
Strategi perusahaan, yang
merupakan dasar penyusunan sebuah scorecard, dikembangkan dari visi
perusahaan. Visi ini memberikan gambaran masa depan perusahaan yang menjelaskan
arah organisasi dan membantu insan perusahaan dalam memahami kenapa dan
bagaimana mereka memberikan kontribusi kepada perusahaan. Visi juga merupakan
penghubung antara misi dan nilai pokok (core values) yang sifatnya
stabil sepanjang waktu dengan strategi yang sifatnya dinamis.
Balanced Scorecard paling tidak terdiri dari empat
perspektif yang umum, yaitu: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Scorecard harus menjelaskan strategi perusahaan,
dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang, dan kemudian mengaitkannya
dengan berbagai urutan tindakan yang harus diambil berkenaan dengan proses
_nansial, pelanggan, proses internal dan para pekerja serta sistem untuk
menghasilkan kinerja ekonomis jangka panjang yang diinginkan perusahaan.
1. Perspektif Keuangan
Tujuan finansial menjadi fokus
tujuan dan ukuran di semua perspektif lainnya. Setiap ukuran terpilih harus
merupakan hubungan sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
kinerja keuangan. Tujuan dan ukuran finansial harus memainkan peran ganda,
yakni: menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari strategi dan menjadi
sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya.
2. Perspektif Proses Bisnis
Internal
Dalam perspektif ini perusahaan
melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki.
Perusahaan biasanya memilih dua kelompok ukuran untuk perspektif pelanggan.
Kelompok ukuran pertama merupakan ukuran generik yang digunakan oleh hampir
semua perusahaan. Kelompok ini meliputi: pangsa pasar, akuisisi pelanggan,
kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan. Kelompok ukuran kedua
merupakan faktor pendorong kinerja –pembeda (difierentiator)– hasil
pelanggan. Semua ukuran ini memberi jawaban atas pertanyaan apa yang harus
diberikan perusahaan kepada pelanggan agar tingkat kepuasan, retensi, akuisisi,
dan pangsa pasar yang tinggi dapat tercapai.
3. Perspektif Pelanggan
Pada perspektif ini, para manajer
melakukan identifikasi berbagai proses yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pelanggan dan pemegang saham.
4. Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Perspektif ini mengembangkan
tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan.
Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis
internal mengidenti_kasikan apa yang harus dikuasai perusahaan untuk
menghasilkan kinerja yang istimewa. Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang
ambisius dalam ketiga perspektif lainnya dapat terwujud.
2.
Manajemen
Strategik Berbasis Balanced Scorecard
Menurut David (2003), manajemen strategik didefinisikan
sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional demi pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen strategik difokuskan kepada bagaimana memadukan manajemen-manajemen
pemasaran, keuangan/akunting, produksi dan operasi, penelitian danpengembangan,
serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan suatu organisasi.
Saat ini banyak yang menggunakan BSC bukan hanya untuk mengukur kinerja,
melainkan sebagai inti dari sistem manajemen strategik. Artinya, bahwa BSC yang
terdiri dari 4 perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, serta
pertumbuhan dan pembelajaran, tidak lagi diartikan secara harfiah sebagai
pengukur kinerja, namun telah tersirat makna sebagai suatu kerangka berfikir (framework
of thinking) dalam pengembangan peta startegi (strategy map).
Balanced score card merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan
visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional
(Hansen dan mowen, 2003).
Menurut Mulyadi (2001) manajemen strategik berbasis
balanced score card dipacu oleh usaha untuk menghasilkan value terbaik bagi
customer, sehingga dikenal dengan nama customer value-based model of startegic
manajement. Ada tiga pertanyaan yang harus dijawab dalam proses manajemen
berbasis BSC, yaitu:
1.
Untuk memenuhi kebutuhan customer apa
kita berbisnis?
2.
Bagaimana kita dapat menyediakan value
terbaik untuk memuasi kebutuhan customer tersebut?
3.
Apa yang dapat kita peroleh dari penyediaan
value tersebut?
Untuk memenuhi kebutuhan customer dengan tepat,
manajemen perlu melakukan eksplorasi ke lingkungan makro dan lingkungan
industri dari perusahaan. Hasil eksplorasi ini akan menghasilkan misi yang
menjawab tiga pertanyaan mendasar, yaitu: (1) kebutuhan apa yang dipenuhi, (2)
siapa customernya, dan (3) pada bisnis apa usaha dijalankan. Setelah ditetapkan
kebutuhan yang akan dipenuhi, diidentifikasi customer yang akan dilayani dan
dipilih bisnis yang akan dijalankan, manajemen kemudian merusmuskan kompetensi
inti (core competence) yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Kompentensi
inti adalah kompetensi sumber daya manusia atau organisasi dalam memanfaatkan
sumber daya lain yang sulit untuk ditandingi oleh pesaing dalam menghasilkan produk
dan jasa bagi customer.
Konsep BSC lebih memiliki kemampuan menjawab berbagai
persoalan pengukuran secara komprehensif, integral dan dapat dipakai dengan
mudah sebagai pijakan didalam mendesain organisasi dan manajemen instansi
pemerintah kedepan. Menurut Kaplan dan Norton (1996), BSC mempunyai beberapa
karakterisktik, yakni: komprehensif, koheren, berimbang, dan terukur.
3.
Strategic Map
Adalah peta
strategi yang dijabarkan dari hasil penerjemahan visi dan misi perusahaan
sebelum menjadi balanced score card.
Gambar 1
Sumber: Kaplan
& Norton
1.
Balanced
Scorecard Pada Perbankan Syariah
Dalam konteks perbankan syariah,
penerapan sistem manajemen berbasis BSC dapat digunakan sebagai suatu sistem
pengukuran kinerja yang secara terus menerus akan memantau keberhasilan
penerapan strategi perusahaan dan mengukur kinerja perusahaan secara
komprehensif dan seimbang sehingga kinerja perusahaan setiap saat dapat
diketahui dengan jelas. Dalam pengukuran kinerja bank syariah, BSC diterapkan
berdasarkan tolok ukur sebagai berikut.
1.
Perspektif Keuangan
Ukuran kinerja keuangan yang akan
digunakan pada perbankan syariah adalah:
1. Asset
2. Market Share
3. NPF
4. ROA
5. ROE
6. Net Margin Bagi Hasil
7. Pencapaian laba
1.
Perspektif
Bisnis Internal
Perspektif ini memiliki dua sasaran strategis,
yaitu ;
1. Mengembangkan produk-produk baru yang dapat diandalkan, terutama yang spesifik dan produk unit dari
perbankan syariah. Contohnya : Gold Installment, Hajj Saving
2. Perbaikan bisnis proses baik dari sisi front¸middle, dan back end.
3. Pengembangan infrastruktur IT dan E-Channel
2.
Perspektif
Nasabah
Untuk mengukur kinerja perspektif
nasabah dalam persaingan bisnis, dapat dipergunakannya perhitungan yang sesuai,
yaitu ;
1. Perbaikan SLA Layanan yang lebih kompetitif
dibandingkan dengan bank pesaing
2. Mempertahankan nasabah excisting dan akuisisi nasabah
baru
3. Kepuasan dan loyalitas nasabah
4. Penilaian MRI
3.
Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan
Terdapat dua sasaran strategis
dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu:
a.
Meningkatkan profesionalisme
pegawai dengan menggunakan tingkat kepuasan karyawan dan pengembangan pegawai
dibandingkan dengan rencana pengembangan keahlian sebagai tolok ukur.
b.
Meningkatkan pengawasan dan
budaya patuh pada aturan. Dalam sasaran strategis ini yang dijadikan tolok ukur
adalah indeks kepatuhan pegawai.
CONTOH STRATEGY MAP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar