Jumat, 13 Maret 2015

Kajian Manajemen Strategis Sumber Daya Manusia (SDM) dengan Analisa SWOT (Studi Kasus di SEAMEO BIOTROP)


oleh: M. Maulana Hamzah

A. Pendahuluan
A.1. Latar Belakang
Setiap organisasi baik yang bersifat profit (perusahaan) lembaga (social, atau penelitian) tentu memerlukan manajemen yang baik dalam membina manusia yang bekerja didalamnya. Manajamen secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu yang berarti mengatur dan mengelola. Pengaturan dan pengeloaan ini bertujuan untuk menghasilkan efisiensi dari input, proses hingga menghasilkan output yang optimal sesuai dengan tujuan organisasi. Karena itulah pola manajemen tiap organisasi akan berbeda antara satu dan yang lainnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan dari perusahaan tersebut.
Dalam hal ini organisasi tak akan bisa berjalan dengan baik bila penanganan manusia sebagai subjek yang akan menjalankan operasional perusahaan tidak diatur dengan baik, maka dari itulah diperlukan manajemen SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan optimal. Untuk bisa bekerja secara efektif, seorang manager SDM harus memahami lingkungan budaya, beragam praktek dan sistem manajemen untuk membangun manajemen yang tepat. Pola staffing dalam organisasi, mendesign bentuk pekerjaan dan tim didalamnya, mengembangkan skill karyawan, melakukan identifikasi guna meningkatkan kemampuan mereka dan memberi reward bagi karyawan berprestasi adalah diantatra isu-isu yang berkembang seputar manajemen SDM.

MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) secara umum dapat dipahami baik dari makna sistem maupun fungsi. Dari sisi makna sistem, MSDM tidak lain merupakan suatu sistem manajemen yang sengaja dirancang untuk dapat memastikan bahwa potensi atau bakat semua individu dalam organisasi dapat diutilisasi (digunakan) secara efektif dan efisien (Mathis & Jackson 2008).  Utilisasi individu tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditentukan organisasi.
Namun demikian, MSDM tidaklah cukup dapat dipahami hanya dari sisi sistem dan fungsi. MSDM memiliki arti yang lebih komprehensif bagi organisasi jika dilihat dari sisi kebijakan. Dari sisi kebijakan, MSDM secara klasik sebagaimana dikembangkan oleh Guest (1987) bermakna sebagai salah satu bentuk kebijakan organisasi yang dirancang untuk memaksimalkan integrasi semua unsur organisasi (organizational integration), membangun komitmen pegawai terhadap organisasi (employee commitment), prinsip kelenturan dalam pelaksanaan fungsi manajerial dan pekerjaan (flexibility) untuk menghindari kekakuan (rigidity), serta pencapaian kualitas baik dari proses pelaksanaan hingga hasil (quality of work). Dari sinilah berkembang pemikiran, bahwa makna utuh dari MSDM tidak terbatas pengertian teknis. Namun juga mengalami konvergensi peran yang sifatnya lebih substansial.
Konvergensi peran yang dialami MSDM tersebut telah terjadi sejak tahun 2000-an. Sebagaimana pernah diuraikan oleh Lengnick-Hall & Lengnick-Hall (2003). Peran konvergensi dimaksudkan untuk merespon perubahan lingkungan dengan segala macam tantangan dan tuntutan di dalamnya. Dengan peran yang baru, MSDM mengemban misi dalam menyajikan layanan bagi SDM (human capital steward), memberi fasilitasi pengetahuan (knowledge facilitator), membangun interaksi kondusif bagi semua pihak (relationship builder), serta memiliki keahlian yang terspesialisasi dalam mengatasi setiap masalah organisasional secara tepat dan cepat (rapid deployment specialist). Hingga unit fungsional MSDM kini tidak sekadar menangani masalah teknis, namun berkembang juga pada orientasi pemberian layanan dan fasilitasi bagi semua pihak dalam organisasi.
Makna MSDM dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang terjadi pada lingkungan tertentu. Nokia misalnya, membutuhkan model MSDM spesifik yang dapat membedakannya dengan Samsung yang memiliki karakter lingkungan spesifik tersendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu organisasi dengan karakteristik lingkungan tertentu memiliki cara pandang dan teknik yang berbeda dalam utilisasi SDM. Sebagaimana telah diuraikan oleh Gonza´lez & Tacorante (2004) bahwa praktek-praktek MSDM dalam suatu organisasi memiliki model yang berbeda dengan organisasi lainnya. Praktek terbaik MSDM tidak dapat digeneralisir. Model terbaik yang berlaku di suatu tempat tertentu dapat diterapkan secara efektif di tempat lain jika dilakukan penyesuaian sesuai konteksnya. 

see the complete paper here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar