oleh: M. Maulana Hamzah
A. Pendahuluan
A.1. Latar Belakang
Setiap organisasi baik yang bersifat profit (perusahaan) lembaga (social, atau penelitian) tentu memerlukan manajemen yang baik dalam membina manusia yang
bekerja didalamnya. Manajamen secara bahasa berasal dari bahasa inggris yaitu yang
berarti mengatur dan mengelola. Pengaturan dan pengeloaan ini bertujuan untuk
menghasilkan efisiensi dari input, proses hingga menghasilkan output yang optimal sesuai dengan tujuan organisasi. Karena itulah pola manajemen tiap organisasi akan berbeda antara satu dan yang lainnya sesuai dengan
visi, misi dan tujuan dari perusahaan tersebut.
Dalam hal ini organisasi tak akan bisa berjalan dengan baik bila penanganan
manusia sebagai subjek yang akan menjalankan operasional perusahaan tidak diatur dengan baik, maka dari itulah diperlukan manajemen SDM (Sumber Daya
Manusia) yang baik untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan optimal. Untuk
bisa bekerja secara efektif, seorang manager SDM harus memahami lingkungan budaya,
beragam praktek dan sistem manajemen untuk membangun manajemen yang
tepat. Pola staffing dalam organisasi, mendesign bentuk pekerjaan dan
tim didalamnya, mengembangkan skill karyawan, melakukan identifikasi guna
meningkatkan kemampuan mereka dan memberi reward bagi karyawan
berprestasi adalah diantatra isu-isu yang berkembang seputar manajemen SDM.
MSDM (Manajemen Sumber Daya Manusia) secara umum dapat dipahami baik dari
makna sistem maupun fungsi. Dari sisi makna sistem, MSDM tidak lain merupakan
suatu sistem manajemen yang sengaja dirancang untuk dapat memastikan bahwa
potensi atau bakat semua individu dalam organisasi dapat diutilisasi
(digunakan) secara efektif dan efisien (Mathis & Jackson 2008). Utilisasi individu tersebut dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan target yang telah ditentukan organisasi.
Namun demikian, MSDM tidaklah cukup dapat dipahami hanya dari sisi sistem
dan fungsi. MSDM memiliki arti yang lebih komprehensif bagi organisasi jika
dilihat dari sisi kebijakan. Dari sisi kebijakan, MSDM secara klasik
sebagaimana dikembangkan oleh Guest (1987) bermakna sebagai salah satu bentuk
kebijakan organisasi yang dirancang untuk memaksimalkan integrasi semua unsur
organisasi (organizational integration), membangun komitmen pegawai
terhadap organisasi (employee commitment), prinsip kelenturan dalam
pelaksanaan fungsi manajerial dan pekerjaan (flexibility) untuk
menghindari kekakuan (rigidity), serta pencapaian kualitas baik dari
proses pelaksanaan hingga hasil (quality of work).
Dari sinilah berkembang pemikiran, bahwa makna utuh dari MSDM tidak terbatas pengertian
teknis. Namun juga mengalami konvergensi peran yang sifatnya lebih substansial.
Konvergensi peran yang dialami MSDM tersebut telah terjadi sejak tahun
2000-an. Sebagaimana pernah diuraikan oleh Lengnick-Hall & Lengnick-Hall
(2003). Peran konvergensi dimaksudkan untuk merespon perubahan lingkungan dengan
segala macam tantangan dan tuntutan di dalamnya. Dengan peran yang baru, MSDM
mengemban misi dalam menyajikan layanan bagi SDM (human capital steward),
memberi fasilitasi pengetahuan (knowledge facilitator), membangun
interaksi kondusif bagi semua pihak (relationship builder), serta
memiliki keahlian yang terspesialisasi dalam mengatasi setiap masalah
organisasional secara tepat dan cepat (rapid deployment specialist).
Hingga unit fungsional MSDM kini tidak sekadar menangani masalah teknis, namun berkembang juga pada orientasi pemberian layanan dan
fasilitasi bagi semua pihak dalam organisasi.
Makna MSDM dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
lingkungan tertentu. Nokia misalnya, membutuhkan model
MSDM spesifik yang dapat membedakannya dengan Samsung yang memiliki karakter lingkungan spesifik tersendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu organisasi dengan karakteristik
lingkungan tertentu memiliki cara pandang dan teknik yang berbeda dalam
utilisasi SDM. Sebagaimana telah diuraikan oleh Gonza´lez & Tacorante
(2004) bahwa praktek-praktek MSDM dalam suatu organisasi memiliki model yang
berbeda dengan organisasi lainnya. Praktek terbaik MSDM tidak dapat digeneralisir.
Model terbaik yang berlaku di suatu tempat tertentu dapat diterapkan secara
efektif di tempat lain jika dilakukan penyesuaian sesuai konteksnya.
see the complete paper here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar