(Tinjauan
Komparatif Lingkungan Organisasi Barat dan Islam)
Oleh: M. Maulana Hamzah
A. Pendahuluan.
Manajemen dan Organisasi adalah 2 hal yang tidak dapat dipisah.
Karena manajemen adalah ruh dari organisasi itu sendiri. Organisasi bila kita
telaah secara bahasa berasal dari kata organ yang bararti bagian dari suatu hal
yang kemudian disusun dan diatur dengan porsi dan fungsinya masing-masing
sehingga mampu bekerja secara efektif dan efisien. Contoh mudahnya adalah tubuh
kita sendiri. Tubuh manusia terdiri dari beberapa organ, baik dari 5 panca
indra, tangan dan jemarinya, kaki dan ketebalan telapak kakinya semuanya sudah
diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk dan jumlah yang sangat proporsional.
Sehingga jari mudah untuk mengetik, hidung mudah untuk bernafas, lisan mudah
untuk berbicara dan jantung mudah untuk mengalirkan darah. Semua saling
melengkapi, dan bila ada satu bagiann yang rusak, maka bagian lain akan
merasakan dampaknya. Kerusakan dan malfunction organ tersebut dapat terjadi
bila hati, akal dan nafsu sebagai top managementnya tidak memanage-nya
dengan baik, maka tak heran banyak manusia yang mudah terserang penyakit, mudah
lelah, malas bekerja, dan lain sebagainya dikarenakan manajemen dirinya yang
belum baik.
Maka kini kita banyak melihat layar media banyak menginformasikan
gaya hidup sehat sebagai bentuk konkriit yang berusaha memberikan pelajaran
bagi kita bagaimana memanajemen kesehatan dalam diri kita. Dilain pihak banyak
juga yang berusaha mencari ketenangana hati dengan menyepi dari kisruh dunia
guna menemukan keseimbangan ruhani dan jasadi. Semua itu adalah seni manajemen
yang banyak dilakukan manusia, formatnya beragam, tergantung ilmu yang ia
pahami, pengalaman yang mendidiknya dan keyakinan yang menopang jiwanya. Maka
dari itu dalam al-quran Allah SWT berfirman:
Ayat diataslah yang akan menjadi kunci untuk memahami seluruh
makalah ini nanti. Untuk kasus yang lebih besar, dalam hal ini adalah
perusahaan berorientasi profit atau lembaga berorientasi sosial yang merupakan
gabungan dari beragam manusia dengan latar belakang yang berbeda. Maka diperlukan
manajemen organisasi yang leih kompleks, salah satunya melalui kesamaan tujuan
yang mempersatukan, untuk itu setiap organisasi harus memilki visi dan misi
yang jelas serta tujuan-tujuan yang mampu meberikan arahan kepada manusia dalam
organisasinya untuk bekerja sama, berbagi pengetahuan, mengoptimalkan kapabilitasnya
untuk mencapai tujuan bersama yang diharapkan.
Namun dinamika organisasi tidak sedatar itu banyak hal yang harus
diteliti disetiap proses organisasi dalam mencapai tujuannya. Diantaranya yaitu
aspek budaya, aspek lingkungan dan bagaimana manajer mendesign organisasinya
dengan baik, sesuai dengan tipe dan tujuan dari organisasi. Dipembahasan nanti
kita hanya akan membahas salah satu aspek saja dalam manajemen organisasi yaitu
aspek lingkungan dalam bentuk analisa komparataif antara teori manajemen
organisasi yang telah dikembangkan dalam pemikiran Barat dengan landasan teori
manajemen organisasi dalam perspektif Islam untuk melihat perbedaan mendasar
dan implikasinya terhadap keputusan menajerial, termasuk didalamnya tingkat
pencapaian dari tujuan perusahaan dan manfaatnya bagi sumber daya manusia,
organisasi dan lingkungan sekitar.
Selanjutnya penulis akan memberikan beberapa kasus sebagai contoh
konkret dari praktek manajemen organisasi dalam perspektif konvensional dan
syariah. Dengan tetap mengambil pelajaran dari beberapa kasus praktek manajemen
yang dilakukan oleh beberapa perusahaan multinasional. Dalam bab selanjutnya
pembahasan akan dibagi menjadi tiga yaitu, cerita pengantar, tinjauan manajemen
organisasi lingkungaan konvensional dan tinjauan manajemen organisasi versi Islam.
Kajian ini dimaksudkan untuk menemukan teori manajemen organisasi secara Islam
yang banyak tercecer dalam praktek organisasi yang sudah ada. Untuk melengkapi
kajian ini kami juga menyebutkan beberapa landasan teoritis berupa dalil quran
dan hadits serta tinjauan historis dari sisi sejarah Islam guna menemukan
korelasi dan penyempurnaan untuk praktek manajemen organisasi selanjutnya.
B.1. Cerita Pengantar
Manusia sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari otak, hati,
mata, tangan kaki dan organ tubuh lainnya. Setiap hari ketika bangun tidur dan
memulai aktifitas, manusia yang baik biasanya sudah tahu apa yang akan
dilakukanya, membuat jadwal tertentu untuk tiap waktu dan jenis pekerjaan yang
mengisinya yang bisa dianggap sebagai tujuan yang ingin dicapainya dihari
tersebut. Namun saat memulai aktifitas banyak faktor lingkungan yang membuat
rencana aktifitasnya tak berjalan sesuai rencana, ban bocor, hujan lebat, anak
yang rewel, rapat mendadak dan lain sebagainya. 2 alasan pertama berasal dari
luar organisasi dirinya, tidak terkait langsung tapi memiliki dampak langsung.
Sedangkan 2 alasan terakhir adalah hal yang berkaitan langsung dengan dirinya,
walaupun secara fisik berada diluar dirinya tapi berpengaruh nyata pada total pendapatan
dan pengeluarannya sehari-hari. Dari cerita diatas kita bisa melihat, suatu
aktifitas organisme secara tidak langsung berdampak pada aktifitas organisme
lainnya.
Namun lingkungan tidak selalu dikonotasikan dengan sesuatu yang
negatif, lingkungan diatas bisa saja kita ubah dengan hal yang positif seperti
jalan bebas hambatan, cuaca yang cerah, anak yang rajin membantu, dan instruksi
untuk pulang lebih awal. Semua itu tentu akan mempengaruhi cara dan proses
manusia sebagai organisasi kompleks pertama untuk mencapai target dan tujuannya
dihari tersebut.
B.2. Tinjauan Teoritis Konvensional
1. Karakteristik Lingkungan Organisasi
Lingkungan dalam organisasi adalah sekumpulan variable yang berada
disekitar organisasi yang memilki potensi untuk mempengaruhi jalannya
operasional organisasi dan memiliki akses pada keterbatasan sumber daya.
Lingkungan ini dibagi 2. Pertama: Lingkungan umum yaitu sekumpulan variable yang
membentuk lingkungan spesifik dan berengaruh kepada kemempuan semua elemen
organisasi dalam lingkungan tertentu untuk meperoleh sumber daya. Kedua:
Lingkungan Spesifik yaitu sekumpulan variable yang berasal dari luar grup
pihak-pihak yang berkepentingan yang secara langsung memeberikan pengaruh pada
kemampuan organisasi untuk mengamankan sumber daya. Bahasa mudahnya bisa kita
pahami sebagai lingkungan internal dan eksternal.
Dari definisi diatas kita memahmi bahwa lingkungan eksternal
dibangun melalui akumulasi dari dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan
internal. Yang dikemudian hari sama-sama memilki pengaruh pada kemampuan
organisasi baik dalam memproleh dan mengamankan sumber daya.
Sifat dari lingkungan adalah tidak pasti, beberapa ahli manajemen
barat membuat beberapa tingkat turbulensi yaitu repetitive, expanding,
changing, discontinuous dan surprising (Ansof and McDonnel, 1990). selain itu
ada juga yag mengassesment ketidak pastian lingkungan berdasarkan jenis bisnis
yang dilakukan. Hal ini menggambarkan kompleksitas dalam lingkungan.
LOW UNCERTAINTY (Simple+ Stable)
·
Minuman
Ringan
·
Kontainer
·
Pengolahan
Makanan
|
LOW-MODERATE UNCERTAINTY (Complex+Stable)
·
Universitas
·
Perusahaan
Kimia
·
Asuransi
|
HIGH MODERATE UNCERTAINTY (Simple + Unstable)
·
E-Commerce
·
Industri
Musik
·
Mainan Anak
|
HIGH UNCERTAINTY (Complex + Unstable)
·
Airlines
·
Computer
Firms
·
Telekomunikasi
|
Sumber: Duncan, Adm Science Quarterly 17 (1972)[1]
Menurut Lawrence dan Lorsch, organisasi dalam menghadapi perubahan
lingkungan dapat menerapkan sistem organisasi yang berbeda ditiap divisinya.
Divisi R & D akan lebih sesuai mengggunakan struktur organic yang lebih
fleksibel terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan divisi produksi lebih sesuai
jika menggukan struktur mekanistik yang relative lebih stabil. Hal ini biasanya
ditentukan dari dampak hasilnya, fleksibiitas sangat diperlukan untuk orientasi
jangka panjang sedangkan stabilitas sangat dibutuhkan untuk orientasi jangka
pendek.
2. World View
Yang menarik dalam kajian menajemen lingkungan organisasi ini
adalah adanya pandangan dunia (World view) sebagai landasan teori untuk
menentukan keputusan model struktur mana yang akan digunakan, seperti world
view Toyota akan berbeda dengan world view Ford. Hal itu biasanya
tercermin dari misi dan prinsip-prinsip yang memandu perusahaan. Misi ford
tampak masuk akal dengan peningakatan keunggulan produk dengan tujuan memberikan
return bagi pemegang saham, berbeda dengan Toyota yang lebih condong kearah
peningkatan keunggulan SDM dalam hal ini masyarakat dan karyawan untuk kemudian
menghasilkan produk unggul dan memiliki return yang optimal bagi investor.[2]
Secara definisi world view adalah konsep tentang hakikat
hidup atau realita, sebuah visi untuk meihat kenyataan dan kebenaran tentang
hakikat. Ia lahir dari akumulasi pengalaman individu, nilai budaya dan
pendidikan yang melahir sebuah konklusi tentang dunia. Maka konsep, keputusan
dan kebijakan organisasi umumnya berpangkal dari world view.
Menurut Sukiswo Dirdjosuparto ada 3 worldview dalam organisasi
yaitu:
Mechanistic View.
Artinya organisasi memilki fungsi tapi tidak memiliki tujuan, hanya berfungsi
melayani pemilik. Cirinya karyawan hanya dibaratkan sebagai mesin yang mudah
diganti, skill karywan rendah, mekanisasi dengan menguraikan pekerjaan menjadi
simple task. Pola pikirnya adalah anaisa induktif, reduksi dan deterministic
dimana efek akibat cukup memadai untuk menjelaskan interaksi. Analogi yang
bagus untuk hal ini adalah jam analog. Yang selalu berputar teratur, dengan
tingkat waktu yang stabil. habisnya cadangan listrik batere, berkaratnya
komponen didalamnya atau cicak yang tiba-tiba nyangkut didalam tentu akan
mempengaruhi proses organisasi jam analog secara keseluruhan. Dalam organisasi
hal ini biasanya diprajtekkan dalam dunia militer.
Organismic View. Artinya
organisasi memiliki tujuannya sendiri yaitu survival adan petumbuhan yang
menjadi tujuan utama organisasi. Manajemen merupakan kepala, karyawannya tidak
mudah diganti namun sama seperti mekanisnik organ memiliki fungsi tetapi tidak
memiliki tujuan sendiri. Contoh nyata dalam hal ini adalah organisme seperti
tumbuhan. Dalam organisasi biasanya diperkatekkan dalam organisasi riset dan
keilmuan.
Social System View.
Artinya organisasi adalah sistem yang memiliki tujuan, yang merupakan bagian
dari tujuan supra sistem, SDM memiliki tujuannya masing-masing, maka diperlukan
pengendalian diri dan pertimbangan manusiawi. Perkembangan menjadi tujuan utama
dalam rangka melayani stakeholder. Sistem berpikirnya adalah ekspansi, produsen
suatu produk, dan output oriented, hal ini biasanya dipraktekkan dalam dunia
marketing.
3. Sistem Berpikir (System Thinking)
Untuk membahas sistem berpikir kita bisa mengambil
sebuah cerita tentang 6 orang buta yang sedang memegang gajah, ketika ditanya
apa yang mereka sentuh, jawabannya beragam
ada yang bilang gunung, ular, pohon, tali, kipas, dan tombak. Namun pada
hakikatnya kita tahu gajah adalah gajah.
Cerita inilah yang melandasi
bahwa untuk memahami organisasi kita harus berpkir whole, pahami konteksnya
dulu baru membuat keputusan. Hal inilah yang membuat perbedaan signifikan
antara sistem thinking dan machine-age thinking, dimana sistem thinking
berusaha memhami semua bagian organisasi, melaui anlisa lingkungan perdivis,
fungsi yag saling terkait untuk kemudain membuat suatu keputusan.
4. Respons Perubahan Lingkungan.
Dalam hubungan dengan wordview dan sistem berpikir yang sudah dijelaskan
diatas, kita bisa membuat table baru bagaimana respon organisasi terhadap
perubahan lingkungan.
LOW UNCERTAINTY
·
Mechanistic,
formal, centralized
·
Few
departments
·
No Integrating
roles
·
Current
operation orientation, low speed respons
|
LOW-MODERATE UNCERTAINTY
·
Mechanistic,
formal, Centralized
·
Many depts.,
some boundary spanning
·
Few
Integrating roles
·
Some
planning, moderate-speed response
|
HIGH MODERATE UNCERTAINTY
·
Organic,teamwork,
participative, decentralized
·
Few
Department, much boundary spanning
·
Few
Integrating roles
·
Planning
orientation, fast response
|
HIGH UNCERTAINTY
·
Organic,
teamwork, participative, decentralized
·
Many depts.
Differentiated, extensive boundary spanning
·
Many
integrating roles
·
Estensive
planning, forecasting, high-speed response
|
Contoh Kasus:
Dua puluh tahun lalu, merek nomor satu dari produk jeans dan pakaian kasual di
kalangan muda, adalah Levi’s. Hari ini, merek itu secara perlahan tertanam dibenak
pelanggan 'pikiran-mulai hilang dipasaran-karena banyak merek baru telah
mengambil alih. Salah satu perusahaan yang berhasil dalam beberapa tahun
terakhir dengan tetap berhubungan dengan tren fashion remaja adalah Tommy
Hilfiger.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi yang tersedia di internet
membuat tren fashion remaja berubah lebih cepat dari sebelumnya. Dan Tommy
Hilfiger ingin tetap menjadi yang terdepan. Jadi, ketika kemeja dan jaket
dengan logo Hilfiger pertama mulai muncul di beberapa kota di awal 1990-an,
perusahaan mulai mengirimkan peneliti ke berbagai klub musik di seluruh Amerika
untuk melihat bagaimana komunitas berpengaruh kepada gaya hidup konsumen. Hal
ini memberikan para eksekutif informasi yang mereka butuhkan untuk tetap menjaga
merek Hilfiger sesuai dengan perkembangan zaman. Hilfiger juga menggunakan
informasi untuk meningkatkan iklan media massa tradisional dengan promosi yang
tidak biasa seperti memberikan pakaian gratis untuk bintang di MTV dan VH1.
Menyadari prilaku pelanggan, yang sedang booming game komputer, perusahaan
mensponsori kompetisi Nintendo dan terminal Nintendo dipasang di toko-toko.
Upaya Hilfiger untuk tetap dekat dengan konsumen dan menjadi yang terdepan
dalam memenuhi fashion remaja berhasil.
Tapi hal itu tidak berlangsung lama, hari ini Hilfiger sendiri
sedang berjuang untuk mempertahankan popularitasnya dikalangan konsumen muda
mudah berpindah produk. Tergantung dari tren fashion dan gaya hidup. Manajer
Hilfiger terus mencari cara untuk tetap berhubungan dengan remaja dan mengawasi
tren perubahan yang selalu muncul di dunia fashion.[3]
5. Ketergantungan Sumber Daya (Resource Dependence)
Lingkungan adalah sumber daya yang terbatas namun memnilki nilai
yang esensial bagi keberlangsungan organisasi. Organisasi sangat bergantung
pada lingkungan maka organisasi akan berusaha memperoleh control penuh terhadap
sumber daya untuk meminimalkan ketergantungan sumber daya (Ulrich &
Barney). Organisasi akan rentan lemah bila sumber daya vitalnya di control oleh
organisasi lainnya maka dia akan berusaha menghilngkan ketergantungan tersebut.
diantara caranya adalah sebagai berikut:
a. Membangun Jaringan Intern-Organisasi
Salh satu caranya yaitu melalui control terhadap sumber daya
lingkungan melalui:
1.
Kepemilikan:
akuisisi dan merger
2.
Strategi
Alliansi baik dalam bentuk kontrak dan Join venture
3.
Cooptation
(pemilihan kembali)
4.
Interlocking
directorate
5.
Merekrut
Eksekutif
6.
Iklan
dan Hubungan Masyarakat
b. Mengontrol Area (Domain) Lingkungan
daiantara langkah praktisnya adalah:
1.
Mengganti
Domain (Jenis bisnis, Target Pasar, supplier, bank, employees dan lokasi)
2.
Aktifitas
Politik
3.
Asosiasi
Pedagang
4.
Aktivitas
Ilegal seperti KKN.
Contoh Kasus: Nokia
Corporation: Sebuah sambaran petir di Albuquerque, New Mexico, dirasakan di
seluruh dunia setelah kebakaran mulai memicu krisis pada Nokia Corporation di
Finlandia dan tetangganya Telefon AB LM Ericsson di Swedia. Kobaran api di
pabrik pembuat chip komputer milik Philips Electronics NV dari Belanda terbakar
hanya sepuluh menit, tapi hal membutuhkan waktu minimal seminggu untuk
mengembalikan kapasitas produksi pabrik itu seperti semula.
Nokia dan Ericsson, yang menggunakan chip computer tersebut di
ponsel, tidak bisa menunggu. Nokia dituntut harus memenuhi tantangan dengan
respon cepat. Melalui mekanisme boundary-spanning yang begitu cepat, kepala
manajer purchasing-component mendeteksi adanya perlambatan pasokan chip bahkan
sebelum muculnya kasus kebakaran perusahaan Philip. Dengan asas Fleksibelitas,
struktur organik di Nokia mulai menggali informasi untuk mengambil tindakan
cepat, sehingga manajer puncak dengan cepat belajar situasi dan langsung
bertindak. Motto perusahaan "Connecting People", berlaku juga secara
internal sama baiknya dengan pelanggan. Mereka menyadari betapa seriusnya situasi
saat itu, sebuah tim dibentuk yang terdiri dari supply engineers, desainer
chip, dan manajer puncak dari Cina, Finlandia, dan Amerika Serikat bersama-sama
menyusun solusi. Mereka mendesain ulang beberapa chip sehingga mereka bisa
diproduksi di tempat lain, mempercepat proyek untuk mengembangkan cara-cara
baru untuk meningkatkan produksi chip dan menggunakan sumber daya mereka untuk
menghasilkan lebih banyak dari pasokan chip dengan cepat. Krisis ini memberikan
tekanan psikologis yang luar biasa di Nokia, tetapi akhirnya produksi tetap
berhasil sesuai dengan target.
Situasi ini tidak ditangani begitu lancar di Perusahaan saingannya
Ericsson, yang kehilangan sekitar $ 400 juta sebagai pendapatan potensial
sebagai akibat dari krisis. Manajer gagal mendeteksi masalah dari awal dan
bergerak lebih lambat setelah mereka mempelajari kasus ini. Selain itu,
Ericsson tidak memiliki pemasok potensial lainnya untuk berpaling. Pada
akhirnya, Ericsson mendatangkan jutaan chip untuk menjaga stok agar memenuhi
kebutuhan untuk menghasilkan produk utama. Sejak itu, perusahaan merombak pola
purchasingnya, termasuk memastikan komponen vital seperti chip harus berasal
dari lebih dari satu pemasok. "Kami tidak akan pernah mengalami hal
seperti ini lagi". Kata salah satu manajer puncak.[4]
B.3. Tinjaun Teoritis Perspektif Islam
1. Karakteristik Lingkungan Organisasi
Untuk memahami Karekteristik lingkungan dalam Islam, kita harus
kembali kepada konsep bahwa Islam adalah agama yang “rahmatan lil ‘alamiin”
yang berarti rahmat(kasih saying) bagi seluruh alam. Artinya pemahaman
lingkungan dalam Islam sangat holistic, maka tak heran bila Falah yang
dikenal sebagai tujuan dari bisnis Islam secara definisi adalah memberi
kemashlahatan holistic anatara individu dan social, anatar dunia dan akhirat.
Dan konsep falah ini secara continue disampaikan 5 kali sehari lewat salah satu
redaksi azan sholat fardu. Hal itu karena dalam Islam manusia dianggap sebagai
mahluk yang bersifat lalai, lupa dan penuh keluh kesah. Disinilah Islam
mengantisipasi itu semua, agar tujuan dari pengorganisasian dunia (khalifah)
yang baik dapat tercapai.
Pemahaman holistiik itu berasal dari sebuah hadits yang berbunyi:
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Seorang mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya)”. (Muttafaqun ‘Alaihi) “Seseorang tidak dikatakan beriman, sampai ia mencintai saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR Muttafaq Alaihi)
Dalam konteks organisasi yang lebih sempit, Islam juga mengenal lingkungan
internal dan eksternal namun dengan pemahaman yang lebih komprehensif. Untuk
lingkungan internal Islam melihat dari dalam diri manusia sebagai individu,
baru kemudian diasosiakan dalam ruang social internal organisasi. Maka untuk
menjaga stabilitas lingkungan internal dimulai dengan kajian rutin, pengajian
bersama untuk membangun aspek ruhiyah sekaligus internalisasi nilai-nilai
organisasi sebagai budaya bersama yang dijaga untuk menciptakan lingkungan
internal organisasi yang kondusif, syar’i dan bebas dari nilai yang merugikan.
Sedangkan untuk lingkungan eksternal, seperti keterbatasan sumber
daya, faktor alam, dinamika sosial dan politik. Islam memahaminya tidak hanya
menggunakan logika akal, tapi juga pemahaman sosial yang berasal dari hati.
Karena pemahaman akal hanya akan berujung pada aturan ”untung-rugi” namun
pemahaman hati akan memberikan pilihan “benar-salah”. Pemahaman ini melahirkan
suatu konsep “mahluk/ciptaan” dimana keputusan organisasi harus berpengaruh positif
pada organisasi lainnya. Inilah implementasi konsep “Rahmat bagi seluruh alam”
yang disebutkan diatas. Jadi akumulasi perubahan lingkungan internallah yang
lebih mempengaruhi sikap terhadap perubahan lingkungan eksternal.
Sama seperti
pemahaman konvensional, karakteristik lingkungan dalam Islam adalah tidak
pasti. Dalam ayat quran dikatakan:
Allah berfirman pada akhir surat Al-Kahfii :
"Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan Insya Allah." (QS Al-Kahfi :23-24)
"Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan Insya Allah." (QS Al-Kahfi :23-24)
Tingkat ketidak pastian itu bisa beragam, namun Islam memahaminya
lebih sederhana, indikatornya ada 2 yaitu kebutuhan dan keinginan. Dalam bagan
kita bisa menggambarkannya sebagai berikut:
Kebutuhan
|
Keinginan
|
Low Uncertainty
·
Industri
Makanan
·
Industri
Pakaian
·
Perumahan
·
Haji dan
Umroh
|
High Uncertainty
·
Perbankan/
Asuransi
·
Komputer
·
Perhiasan
·
Otomotif
|
Asumsi dalam Islam adalah kebutuhan dasar manusia adalah sama, baik
dari zaman batu sampai zaman modern, semuanya butuh makan artinya tidak makan
bukan merupakan pilihan, maka tingkat ketidakpastiannya akan rendah. Sedangkan
perbankan dan otomotif merupakan pilihan, karena tanpa itu semua manusia masih
bisa menyimpan uang dan bepergian, maka tak heran bila tingkat
ketidakpastiannya akan tinggi. Kembali pada pemahaman diawal, Islam memandang
bisnis secara holistic untuk semua tempat dan zaman bukan berhenti pada suatu lokasi
atau pariode zaman tertentu.
2. Islamic World View
World view adalah pandangan manusia terhadap dunia, bagaimana ia
melihat realita lalu kemudian menyikapinya. Dalam Islam, world view tidak
berasal dari akumulasi pengalaman dan logika manusia yang terbatas. Namun
dibimbing berdasarkan petunjuk dari Al-Quran dan Hadits. Pengalaman dan logika
hanya dipakai untuk memahami secara runtut sebuah fenomena dengan lebih baik, karena
seumur hiduppun kita belajar tak akan pernah memahami dunia ini seutuhnya.
Sebuah organisasi hanyalah partikel kecil dari organisasi besar semesta yang
saling terkait satu dengan yang lainnya. Proses input untuk memahami dunia ini
adalah pedengaran dan penglihatan, namun semuanya kembali diproses oleh hati
yang akan memutuskan.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Isra:36)
Manusia dianjurkan untuk menggunakan logika akalnya dengan
sebaik-baiknya, namun tidak kemudian untuk menyatakan bahwa dirinya adalah yang
paling benar, karena teori manusia selalu berubah sesuai dengan kepentingan dan
perubahan zaman. Tapi petunjuk dari Tuhan itu merata untuk semua tempat dan
zaman, keyakinan inilah yang akan menjaga logika tetap pada koridor
penghambaan, sehingga ada tawakkal yang melahirkan sikap cinta alam dan kasih sayang
sesama manusia. Inilah yang menjadi pangkal bagi keputusan dalam organisasi.
Bila kita bandingkan dengan konsep konvensional diatas, Islamic
world view juga dibagi menjadi 3 yaitu:
Mechanistic Worldview (Aqidah):
Sifatnya Qothi’ (tidak berubah), dalam bahasa Islam dikenal dengan sebutan
Tauhid. Ia hanya memiliki tujuan melayani Allah SWT, sebagai Pemilik semua alam
raya. Fungsinya bisa beragam, tergantung anugrah spesialisasi yang Allah
berikan kepadanya, termasuk ketaatan terhadap rasul dan para pemimpin yang adil.
Manusia disini juga dianggap sebagai umat yang mudah “diganti”. Seperti
fenomena perang dunia 1 dan 2 yang banyak menghancurkan peradaban suku barbar
diberbagai belahan dunia. Dalam praktek organisasi, biasanya ada dalam
keputusan strategis. Seperti kasus perang uhud, saat pasukan pemanah yang lalai
terhadap perintah Rasululah untuk menjaga posnya berimbas langsung pada hasil
perang antara muslim dan kafir quraisy. Dalam kasus lain, saat perjanjian
hudaibiyah, banyak sahabat bertanya tentang keputusan Rasulullah menyetujui
perjanjian tersebut padahalnya isinya seara logika jelas lebih banyak merugikan
kaum muslimin, Umar Ra pun bertanya “apakah ini wahyu atau hanya ikhtiar
pribadimu ya Rasulullah?”. Rasulullah SAW menjawab “ini adalah wahyu”. Maka sahabatpun
langsung patuh. Selang berapa tahun kemudian perjanjian tersebut terbukti
menjadi kunci bagi terbukanya Kota Makkah bagi kaum muslimin (Fathu Makkah).
Organismic View (Syariah).
Artinya tujuan organisasi tetap sama pada Tauhid namun dalam menyikapi
perubahan lingkungan ia bisa melakukan ikhtiar yang bertujuan untuk survival
atau petumbuhan aset dalam organisasi. Seperti ragamnya produk dalam perbankan
syariah yang dirancang berdasarkan analisa SWOT perusahaan atau penelitian
tentang alam semesta. Cirinya membutuhkan kreatifitas, luasnya pengetahuan,
analisa lingkungan, namun tetap tidak boleh keluar dari landasan tauhid. Bila
dianalogikan tauhid adalah tujuan akhir, maka syariah adalah jalannya. Dan
tentu akan begitu banyak jalan menuju surga.
Social System View (Akhlaq).
Bila Tauhid adalah tujuan dan syariah adalah jalannya, maka akhlaq adalah sikap
kita selama dijalan. Apakah akan ugal-ugalan, kebut-kebutan, atau saling
menyapa dan memberi ketenangan. Dalam organisasi inilah yang akan mempengaruhi
secara langsung terhadap perkembangan perusahaan, ia merupakan wujud nyata dari
pemahaman tauhid dan pembelajaran syariah. Dalam organisasi ia merupakan
aktiifitas nyata yang mengalami interkasi social (habluminannas) Sama seperti
peran marketing dalam perusahaan yang meupakan ujung tombak dari keuntungan
yang akan didapatkan bagian produksi dan divisi pengembangan.
3. Sistem Berpikir Muslim
Dalam sistem
berpikir konvensional, kita dapat memahaminya dari kisah 6 orang buta yang
sedang memegang gajah, dari cerita tersebut kita mengetahui bahwa untuk dapat
memahami organisasi harus memahaminya secara whole, bukan secara bagian-bagian
organisasi.
Islam sudah lama
memahami pola piker whole tersebut dengan bahasa “rahmatan lil
‘alamin”. Artinya seorang muslim memahami dirinya sebagai bagian dari
organisasi, sedangkan organisasi akan memahami dirinya sebagai bagian dari
organisasi besar lainnya. Organisasi besar tersebut juga dipahami sebagai
bagian dari dunia, dan dunia juga dipahami sebagai bagian dari semesta, begitu
seterusnya yang akhirnya berujung pada pemahaman bahwa semua hal dari yang
kecil hingga yang besar merupakan organisme ciptaan Allah SWT, milikNya, yang saling terkait satu sama lain. Tidak bisa
dipisahkan antara peran ayah dalam keluarga dan peran manajer diperusahaan
semuanya mau tidak mau pasti akan bersinggungan.
Maka tujuan
organisasi dalam Islam adalah mashlahah atau memberi manfaat sebanyak-banyaknya
bukan meningkatkan profit setinggi-tingginya. Keputusan diambil berdasarkan
pemahaman “apa manfaat ini bagi perusahaan dan lingkungan?”. “adakah yang akan
terzholimi?”. Dan “apakah sudah sesuai dengan ketentuan Tuhan?”. Karena setiap
manfaat akan memberi manfaat 10 kali lipat kepada dirinya, sedangkan profit
tinggi perusahaan yang merugikan usaha lainnya akan berdampak buruk dimasa
depan. Bila pertimbangan ini tidak dilakukan, seorang muslim akan dianggap sama
sepeti orang buta yang tidak sadar akan kerusakan yang sedang diperbuatnya.
“Dan bila dikatakan kepada mereka:
"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab:
"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" 12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar (Al-Baqoroh 11-12)
Contoh Kasus: Perkembangan
teknologi akhir-akhir ini dari HP dan internet menyebabkan informasi semakin
mudah didapatkan, komunikasipun seakan sudah tanpa hambatan, jarak sudah tak lagi
jadi masalah. Apa yang terjadi dibelahan bumi lain dengan mudah dapat kita
ketahui secara real time, apa yang kita kerjakan saat ini dapat dengan cepat
kita share dengan kolega kita. Hingga kini banyak bermunculan sekolah online,
belajar bisa dilakukan tanpa harus kesekolah, mencari referensi ilmu semudah
mengetikkan kata kunci dalam kolom tunggal google. Hingga kini banyak anak-anak
yang cerdas dan berwawasan luas.
Imbasnya, peran guru kian berkurang. Anak-anak bisa belajar dimana
saja. Namun anehnya prilaku anak dizaman sekarang jauh berbeda dari anak-anak
dulu yang belum mengenal HP dan internet. Anak-anak zaman sekarang lebih cuek
dan rasa hormat kepada gurunya sangat rendah dibadning anak-anak di era pra-digital.
Saat inipun kita masih bisa melihat perbedaan ini dari anak desa dan anak kota.
Saat berkumpul bersama teman, saat diruang tunggu, dilift, dikereta, orang
lebih suka mengotak atik hapenya ketimbang bertegur sapa dengan orang
disebelahnya. Mereka lebih gemar bersosialisasi didunia maya ketimbang didunia
nyata. Lebih suka menonton tv ketimbang mengunjungi tetangganya.
Dalam hadits yang disanadkan oleh ibnu mas’ud Rasulullah SAW bersabda:
“sesungguhnya diantara dari tanda kiamat adalah orang tua akan menjadi budak
bagi anak-anaknya, terhubungnya menara dan putusnya tali silaturrahmi”.
4. Respon Terhadap Perubahan Lingkungan
Dalam hubungan dengan Islamic worldview dan sistem berpikir
seorang muslim yang sudah dijelaskan diatas, kita bisa membuat tabel baru
bagaimana respon organisasi terhadap perubahan lingkungan.
LOW UNCERTAINTY (NEEDS)
|
HIGH UNCERTAINTY (WANTS)
|
·
Mechanistic, Organic
dan Sosial System buit in based on function
·
Many
departments, Proportional boundary spanning
·
Few Integrating
roles
·
Current
operation orientation, low speed respons
·
teamwork, participative,
Planning orientation,
|
·
Mechanistic, Organic
dan Sosial System buit in based on function.
·
Many depts.
Differentiated, some boundary spanning
·
Many
integrating roles
·
Estensive
planning, forecasting, high-speed response.
|
5. Ketergantungan Sumber Daya
Lingkungan adalah sumber daya yang dinamis serta terbatas namun
memilki nilai yang penting bagi keberlangsungan organisasi. Organisasi secara
tidak langsung akan bergantung pada lingkungan namun dalam Islam sikap organisasi
adalah menjaga hubungan baik dengan banyak lingkungan, bukan dengan mengontrol
atau menguasai, prinsipnya adalah banyak teman banyak rejeki, ukhuwwah
diperluas dengan semangat berbagi, setiap orang diberi kesempatan untuk
belajar, sehingga secara psikologi akan meningkatkan kedekatan emosional,
selain itu dengan banyaknya supplier ilmu akan lebih mudah berkembang dan tak
berputar dikalangan orang pintar saja, ibas positifnya bagi organisasi adalah
probabilitas ketergantungan terhadap suatu sumber daya akan berkurang. Namun untuk
sumber daya yang vital organisasi harus sudah mernacang dari awal sisem
pendidikan dan kaderisasi dengan harapan standar vital perusahaan tetap terjaga.
diantara caranya adalah sebagai berikut:
a. Membangun Jaringan Holistic-Organisasi
Salah satu caranya yaitu melalui sinergi terhadap sumber daya
lingkungan melalui:
1.
Kepemilikan:
Akusisi dan Merger yang seimbang
2.
Strategi
Alliansi dalam bentuk mudharobah dan Musyarokah
3.
Cooptation
4.
Menciptakan
eksekutif yang punya jaringan luas dari dalam
5.
Sosialasi
dan Memberi Manfaat nyata Bagi Masyarakat
b. Mengelola Area (Domain) Lingkungan
diantara langkah praktisnya adalah:
1.
Membuat
diversifikasi atau mengganti Domain (Jenis bisnis, target Pasar, supplier,
bank, employees dan lokasi)
2.
Mendukung
Stabilitas Politik
3.
Asosiasi
Pedagang Muslim dan Tokoh Masyarakt
4.
Membangun
Semangat Ruhaniyah untuk mencitakan inovasi yang benar
Contoh Kasus: Di tahun
1990-an, dunia industry, sedang di ramaikan dengan isu lean production yang
dipelopori oleh Toyota. Banyak perusahaan otomotif dan industry bisnis yang
berusaha menerapkan konsep tersebut. konsep lean production dikenal dengan
sebutan TPS (Toyota Production System) sistem ini terdiri dari beberapa
komponen seperti quick changover, one-piece flow, Just in Time, Sandar kerja,
sistem Tarik dan alat anti kesalahan (Poka Yoke). Namun selama 2 dasawarsa TPS
dikenal di amerika serikat belum banyak perusahaan negri paman sam tersebut
yang mampu menyaingi toyota.
Menurut Jefrey K Liker, seorang amerika yang sudah 20 tahun terlibat
langsuung dalam bisnis ditoyota, ha itu dikarenakan perusahaan AS menerapkan
alat-alat lean api tida memahami apa yang membuatnya bekerja dengan baik
sebagai satu kesatuan sistem. Menurutnya kekuatan dibalik TPS adalah cointinous
improvement yang tercermin dalam model 4P bertingkat yaitu Philosophy
(Pemikiran Jangka Panjang), Process (Hilangkan Pemborosan), People &
Partner (Hormati, tantang dan kembangkan mereka), dan Problem Solving (Peningkatan
dan pembelajaran berkesinambungan). Sebagai besar perusahaan tersebeut hanya
berkutat pada satu tingkat process tanpa mengindahkan 3P yang lainnya, karena
itu peningkatan yang mereka lakukan tidak memiliki jiwa dan kecerdasan untuk
bertahan terhadap perubahan lingkungan. [5]
C. Kesimpulan
Dari tinjaun teoritis antara perspektif barat dan islam dalam
lingkungan organisasi kita dapat melihat beberapa persamaan dan perbedaan yang
mendalam. Lingkungan dalam barat diartikan sebagai lingkungan yang berhubungan
langsung dengan sumber daya dan profitabiltas perusahaan, sedangkan dalam Islam
lebih memahaminya secara luas dan holistic. Jadi pertimbangannya lebih kea rah manfaat
bukan profit.
Worldview dalam
pandangan islam dan barat sama-sama memilki asas mechanistic, organic dan
subsosial. Pandangan ini tak pernah terpisah, baik dalam organisasi militer
atau lembaga pendidikan. Semua membentuk kombinasi yang saling melengkapi dalam
organisasi, bedanya dalam islam, seorang muslm memahami pandangan mechanistic
secara lebih holistic. Artinya semua aktifitasnya baik itu didalam organisasi
bukan hanya untuk kepentingan organisasi tapi juga merupakan jalan baginya untk
beribadah keapad Allah SWT.
Islam dan barat sama-sama
memahami lingkungan sebagai sesuatu yang tidak pasti. Namun perbedaannya adalah
respon islam adalah mengayomi dan bebagi, meningkatkan ukhuwah dan menyambung
tali silaturrahmi, sedangkan perspektif barat cenderung ingin menguasai. Ketergantungan
sumber daya dalam islam dianggap peluang untuk berbagi rezeki karena seorang
muslim memahami bahwa ilmu dan rizki adalah milikNya yang sangat tidak pantas
untuk disembunyikan dan dikelola sendiri. Karena sehebat apapun sistem
organisasi yang dibuat tidak akan pernah bisa berjalan baik bila tidak
dilandasi dengan filosofi dan kode etik yang kuat. Kode etik barat hanyalah humanism,
materialisme dan postivisme yang terbatas pada ruang dan waktu, sedangkan Islam
memilki Al_quran dan Hadist sellau relevan untuk setiap tempat dan zaman.
Referensi:
Al-Quranulkarim
Sukiswo Dirdjosuparto, 2015, Modul
Mata Kuliah OSDM, diberikan pada kuliah OSDM di
MB IPB Bogor.
Jeffrey K Liker.2005. The Toyota
Way, Penerbit Erlagga Jakarta
Robert B. Duncan “Characteristics of
Perceived Environment adam Perceived Environmental Uncertainty By, Published in
Administrative Sciece Quarterly (1972)
Richard L Daft, 2004. Organization Theory and Design. 8th edition. International
Student Edition.Thomson Sout Western Hal 146
Almar Latour, “Trial by Fire: A Blaze in Albuquerque Sets off major
crisis of Cellphone Giants,” The Wall Street Journal (January 29, 2001, A1, A8.
Hafidhuddin, Didin and Tanjung,
Hendri, 2006. Shariah Principles on Management in Practice, Gema Insani, Jakar
[1]
Adapted and reprinted from “Characteristics of Perceived Environment adam
Perceived Environmental Uncertainty By Robert B. Duncan, Published in
Administrative Sciece Quarterly (1972): 313-327
[2]
Jeffrey K Liker. 2003, The Toyota Way, Penenrbit Erlangga Jakarta Hal 97-98
[3]
Richard L Daft, 2004. Organization Theory and Design. 8th edition.
International Student Edition.Thomson Sout Western Hal 146
[4]
Almar Latour, “Trial by Fire: A Blaze in Albuquerque Sets off major crisis of
Cellphone Giants,” The Wall Street Journal (January 29, 2001, A1, A8.
[5]
Jeffrey K Liker.2005. The Toyota Way, Penerbit Erlagga Hal. 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar