Rabu, 18 Maret 2015

Kajian Manajemen Organisasi Perspektif Islam



(Tinjauan Komparatif Lingkungan Organisasi Barat dan Islam)

Oleh: M. Maulana Hamzah
A. Pendahuluan.
Manajemen dan Organisasi adalah 2 hal yang tidak dapat dipisah. Karena manajemen adalah ruh dari organisasi itu sendiri. Organisasi bila kita telaah secara bahasa berasal dari kata organ yang bararti bagian dari suatu hal yang kemudian disusun dan diatur dengan porsi dan fungsinya masing-masing sehingga mampu bekerja secara efektif dan efisien. Contoh mudahnya adalah tubuh kita sendiri. Tubuh manusia terdiri dari beberapa organ, baik dari 5 panca indra, tangan dan jemarinya, kaki dan ketebalan telapak kakinya semuanya sudah diciptakan oleh Allah SWT dengan bentuk dan jumlah yang sangat proporsional. Sehingga jari mudah untuk mengetik, hidung mudah untuk bernafas, lisan mudah untuk berbicara dan jantung mudah untuk mengalirkan darah. Semua saling melengkapi, dan bila ada satu bagiann yang rusak, maka bagian lain akan merasakan dampaknya. Kerusakan dan malfunction organ tersebut dapat terjadi bila hati, akal dan nafsu sebagai top managementnya tidak memanage-nya dengan baik, maka tak heran banyak manusia yang mudah terserang penyakit, mudah lelah, malas bekerja, dan lain sebagainya dikarenakan manajemen dirinya yang belum baik.
Maka kini kita banyak melihat layar media banyak menginformasikan gaya hidup sehat sebagai bentuk konkriit yang berusaha memberikan pelajaran bagi kita bagaimana memanajemen kesehatan dalam diri kita. Dilain pihak banyak juga yang berusaha mencari ketenangana hati dengan menyepi dari kisruh dunia guna menemukan keseimbangan ruhani dan jasadi. Semua itu adalah seni manajemen yang banyak dilakukan manusia, formatnya beragam, tergantung ilmu yang ia pahami, pengalaman yang mendidiknya dan keyakinan yang menopang jiwanya. Maka dari itu dalam al-quran Allah SWT berfirman:
“dan didalam dirimu, apakah kamu tidak memperhatikan” (Adzariyat : 21)
Ayat diataslah yang akan menjadi kunci untuk memahami seluruh makalah ini nanti. Untuk kasus yang lebih besar, dalam hal ini adalah perusahaan berorientasi profit atau lembaga berorientasi sosial yang merupakan gabungan dari beragam manusia dengan latar belakang yang berbeda. Maka diperlukan manajemen organisasi yang leih kompleks, salah satunya melalui kesamaan tujuan yang mempersatukan, untuk itu setiap organisasi harus memilki visi dan misi yang jelas serta tujuan-tujuan yang mampu meberikan arahan kepada manusia dalam organisasinya untuk bekerja sama, berbagi pengetahuan, mengoptimalkan kapabilitasnya untuk mencapai tujuan bersama yang diharapkan.   
Namun dinamika organisasi tidak sedatar itu banyak hal yang harus diteliti disetiap proses organisasi dalam mencapai tujuannya. Diantaranya yaitu aspek budaya, aspek lingkungan dan bagaimana manajer mendesign organisasinya dengan baik, sesuai dengan tipe dan tujuan dari organisasi. Dipembahasan nanti kita hanya akan membahas salah satu aspek saja dalam manajemen organisasi yaitu aspek lingkungan dalam bentuk analisa komparataif antara teori manajemen organisasi yang telah dikembangkan dalam pemikiran Barat dengan landasan teori manajemen organisasi dalam perspektif Islam untuk melihat perbedaan mendasar dan implikasinya terhadap keputusan menajerial, termasuk didalamnya tingkat pencapaian dari tujuan perusahaan dan manfaatnya bagi sumber daya manusia, organisasi dan lingkungan sekitar.
Selanjutnya penulis akan memberikan beberapa kasus sebagai contoh konkret dari praktek manajemen organisasi dalam perspektif konvensional dan syariah. Dengan tetap mengambil pelajaran dari beberapa kasus praktek manajemen yang dilakukan oleh beberapa perusahaan multinasional. Dalam bab selanjutnya pembahasan akan dibagi menjadi tiga yaitu, cerita pengantar, tinjauan manajemen organisasi lingkungaan konvensional dan tinjauan manajemen organisasi versi Islam. Kajian ini dimaksudkan untuk menemukan teori manajemen organisasi secara Islam yang banyak tercecer dalam praktek organisasi yang sudah ada. Untuk melengkapi kajian ini kami juga menyebutkan beberapa landasan teoritis berupa dalil quran dan hadits serta tinjauan historis dari sisi sejarah Islam guna menemukan korelasi dan penyempurnaan untuk praktek manajemen organisasi selanjutnya.

B. Pembahasan
B.1. Cerita Pengantar
Manusia sebagai sebuah organisasi yang terdiri dari otak, hati, mata, tangan kaki dan organ tubuh lainnya. Setiap hari ketika bangun tidur dan memulai aktifitas, manusia yang baik biasanya sudah tahu apa yang akan dilakukanya, membuat jadwal tertentu untuk tiap waktu dan jenis pekerjaan yang mengisinya yang bisa dianggap sebagai tujuan yang ingin dicapainya dihari tersebut. Namun saat memulai aktifitas banyak faktor lingkungan yang membuat rencana aktifitasnya tak berjalan sesuai rencana, ban bocor, hujan lebat, anak yang rewel, rapat mendadak dan lain sebagainya. 2 alasan pertama berasal dari luar organisasi dirinya, tidak terkait langsung tapi memiliki dampak langsung. Sedangkan 2 alasan terakhir adalah hal yang berkaitan langsung dengan dirinya, walaupun secara fisik berada diluar dirinya tapi berpengaruh nyata pada total pendapatan dan pengeluarannya sehari-hari. Dari cerita diatas kita bisa melihat, suatu aktifitas organisme secara tidak langsung berdampak pada aktifitas organisme lainnya.  
Namun lingkungan tidak selalu dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif, lingkungan diatas bisa saja kita ubah dengan hal yang positif seperti jalan bebas hambatan, cuaca yang cerah, anak yang rajin membantu, dan instruksi untuk pulang lebih awal. Semua itu tentu akan mempengaruhi cara dan proses manusia sebagai organisasi kompleks pertama untuk mencapai target dan tujuannya dihari tersebut.  

B.2. Tinjauan Teoritis Konvensional
1. Karakteristik Lingkungan Organisasi
Lingkungan dalam organisasi adalah sekumpulan variable yang berada disekitar organisasi yang memilki potensi untuk mempengaruhi jalannya operasional organisasi dan memiliki akses pada keterbatasan sumber daya. Lingkungan ini dibagi 2. Pertama: Lingkungan umum yaitu sekumpulan variable yang membentuk lingkungan spesifik dan berengaruh kepada kemempuan semua elemen organisasi dalam lingkungan tertentu untuk meperoleh sumber daya. Kedua: Lingkungan Spesifik yaitu sekumpulan variable yang berasal dari luar grup pihak-pihak yang berkepentingan yang secara langsung memeberikan pengaruh pada kemampuan organisasi untuk mengamankan sumber daya. Bahasa mudahnya bisa kita pahami sebagai lingkungan internal dan eksternal.
Dari definisi diatas kita memahmi bahwa lingkungan eksternal dibangun melalui akumulasi dari dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan internal. Yang dikemudian hari sama-sama memilki pengaruh pada kemampuan organisasi baik dalam memproleh dan mengamankan sumber daya.
Sifat dari lingkungan adalah tidak pasti, beberapa ahli manajemen barat membuat beberapa tingkat turbulensi yaitu repetitive, expanding, changing, discontinuous dan surprising (Ansof and McDonnel, 1990). selain itu ada juga yag mengassesment ketidak pastian lingkungan berdasarkan jenis bisnis yang dilakukan. Hal ini menggambarkan kompleksitas dalam lingkungan.
LOW UNCERTAINTY (Simple+ Stable)
·         Minuman Ringan
·         Kontainer
·         Pengolahan Makanan
LOW-MODERATE UNCERTAINTY (Complex+Stable)
·         Universitas
·         Perusahaan Kimia
·         Asuransi
HIGH MODERATE UNCERTAINTY (Simple + Unstable)
·         E-Commerce
·         Industri Musik
·         Mainan Anak
HIGH UNCERTAINTY (Complex + Unstable)
·         Airlines
·         Computer Firms
·         Telekomunikasi

Sumber: Duncan, Adm Science Quarterly 17 (1972)[1]
Menurut Lawrence dan Lorsch, organisasi dalam menghadapi perubahan lingkungan dapat menerapkan sistem organisasi yang berbeda ditiap divisinya. Divisi R & D akan lebih sesuai mengggunakan struktur organic yang lebih fleksibel terhadap perubahan lingkungan. Sedangkan divisi produksi lebih sesuai jika menggukan struktur mekanistik yang relative lebih stabil. Hal ini biasanya ditentukan dari dampak hasilnya, fleksibiitas sangat diperlukan untuk orientasi jangka panjang sedangkan stabilitas sangat dibutuhkan untuk orientasi jangka pendek. 

2. World View
Yang menarik dalam kajian menajemen lingkungan organisasi ini adalah adanya pandangan dunia (World view) sebagai landasan teori untuk menentukan keputusan model struktur mana yang akan digunakan, seperti world view Toyota akan berbeda dengan world view Ford. Hal itu biasanya tercermin dari misi dan prinsip-prinsip yang memandu perusahaan. Misi ford tampak masuk akal dengan peningakatan keunggulan produk dengan tujuan memberikan return bagi pemegang saham, berbeda dengan Toyota yang lebih condong kearah peningkatan keunggulan SDM dalam hal ini masyarakat dan karyawan untuk kemudian menghasilkan produk unggul dan memiliki return yang optimal bagi investor.[2]
Secara definisi world view adalah konsep tentang hakikat hidup atau realita, sebuah visi untuk meihat kenyataan dan kebenaran tentang hakikat. Ia lahir dari akumulasi pengalaman individu, nilai budaya dan pendidikan yang melahir sebuah konklusi tentang dunia. Maka konsep, keputusan dan kebijakan organisasi umumnya berpangkal dari world view.
Menurut Sukiswo Dirdjosuparto ada 3 worldview dalam organisasi yaitu:
Mechanistic View. Artinya organisasi memilki fungsi tapi tidak memiliki tujuan, hanya berfungsi melayani pemilik. Cirinya karyawan hanya dibaratkan sebagai mesin yang mudah diganti, skill karywan rendah, mekanisasi dengan menguraikan pekerjaan menjadi simple task. Pola pikirnya adalah anaisa induktif, reduksi dan deterministic dimana efek akibat cukup memadai untuk menjelaskan interaksi. Analogi yang bagus untuk hal ini adalah jam analog. Yang selalu berputar teratur, dengan tingkat waktu yang stabil. habisnya cadangan listrik batere, berkaratnya komponen didalamnya atau cicak yang tiba-tiba nyangkut didalam tentu akan mempengaruhi proses organisasi jam analog secara keseluruhan. Dalam organisasi hal ini biasanya diprajtekkan dalam dunia militer.
Organismic View. Artinya organisasi memiliki tujuannya sendiri yaitu survival adan petumbuhan yang menjadi tujuan utama organisasi. Manajemen merupakan kepala, karyawannya tidak mudah diganti namun sama seperti mekanisnik organ memiliki fungsi tetapi tidak memiliki tujuan sendiri. Contoh nyata dalam hal ini adalah organisme seperti tumbuhan. Dalam organisasi biasanya diperkatekkan dalam organisasi riset dan keilmuan.
Social System View. Artinya organisasi adalah sistem yang memiliki tujuan, yang merupakan bagian dari tujuan supra sistem, SDM memiliki tujuannya masing-masing, maka diperlukan pengendalian diri dan pertimbangan manusiawi. Perkembangan menjadi tujuan utama dalam rangka melayani stakeholder. Sistem berpikirnya adalah ekspansi, produsen suatu produk, dan output oriented, hal ini biasanya dipraktekkan dalam dunia marketing.

3. Sistem Berpikir (System Thinking)
            Untuk membahas sistem berpikir kita bisa mengambil sebuah cerita tentang 6 orang buta yang sedang memegang gajah, ketika ditanya apa yang mereka sentuh, jawabannya beragam  ada yang bilang gunung, ular, pohon, tali, kipas, dan tombak. Namun pada hakikatnya kita tahu gajah adalah gajah.
 Cerita inilah yang melandasi bahwa untuk memahami organisasi kita harus berpkir whole, pahami konteksnya dulu baru membuat keputusan. Hal inilah yang membuat perbedaan signifikan antara sistem thinking dan machine-age thinking, dimana sistem thinking berusaha memhami semua bagian organisasi, melaui anlisa lingkungan perdivis, fungsi yag saling terkait untuk kemudain membuat suatu keputusan.
4. Respons Perubahan Lingkungan.
Dalam hubungan dengan wordview dan sistem berpikir yang sudah dijelaskan diatas, kita bisa membuat table baru bagaimana respon organisasi terhadap perubahan lingkungan.
LOW UNCERTAINTY
·         Mechanistic, formal, centralized
·         Few departments
·         No Integrating roles
·         Current operation orientation, low speed respons
LOW-MODERATE UNCERTAINTY
·         Mechanistic, formal, Centralized
·         Many depts., some boundary spanning
·         Few Integrating roles
·         Some planning, moderate-speed response
HIGH MODERATE UNCERTAINTY
·         Organic,teamwork, participative, decentralized
·         Few Department, much boundary spanning
·         Few Integrating roles
·         Planning orientation, fast response
HIGH UNCERTAINTY
·         Organic, teamwork, participative, decentralized
·         Many depts. Differentiated, extensive boundary spanning
·         Many integrating roles
·         Estensive planning, forecasting, high-speed response

Contoh Kasus: Dua puluh tahun lalu, merek nomor satu dari produk jeans dan pakaian kasual di kalangan muda, adalah Levi’s. Hari ini, merek itu secara perlahan tertanam dibenak pelanggan 'pikiran-mulai hilang dipasaran-karena banyak merek baru telah mengambil alih. Salah satu perusahaan yang berhasil dalam beberapa tahun terakhir dengan tetap berhubungan dengan tren fashion remaja adalah Tommy Hilfiger.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi yang tersedia di internet membuat tren fashion remaja berubah lebih cepat dari sebelumnya. Dan Tommy Hilfiger ingin tetap menjadi yang terdepan. Jadi, ketika kemeja dan jaket dengan logo Hilfiger pertama mulai muncul di beberapa kota di awal 1990-an, perusahaan mulai mengirimkan peneliti ke berbagai klub musik di seluruh Amerika untuk melihat bagaimana komunitas berpengaruh kepada gaya hidup konsumen. Hal ini memberikan para eksekutif informasi yang mereka butuhkan untuk tetap menjaga merek Hilfiger sesuai dengan perkembangan zaman. Hilfiger juga menggunakan informasi untuk meningkatkan iklan media massa tradisional dengan promosi yang tidak biasa seperti memberikan pakaian gratis untuk bintang di MTV dan VH1. Menyadari prilaku pelanggan, yang sedang booming game komputer, perusahaan mensponsori kompetisi Nintendo dan terminal Nintendo dipasang di toko-toko. Upaya Hilfiger untuk tetap dekat dengan konsumen dan menjadi yang terdepan dalam memenuhi fashion remaja berhasil.
Tapi hal itu tidak berlangsung lama, hari ini Hilfiger sendiri sedang berjuang untuk mempertahankan popularitasnya dikalangan konsumen muda mudah berpindah produk. Tergantung dari tren fashion dan gaya hidup. Manajer Hilfiger terus mencari cara untuk tetap berhubungan dengan remaja dan mengawasi tren perubahan yang selalu muncul di dunia fashion.[3]
5. Ketergantungan Sumber Daya (Resource Dependence)
Lingkungan adalah sumber daya yang terbatas namun memnilki nilai yang esensial bagi keberlangsungan organisasi. Organisasi sangat bergantung pada lingkungan maka organisasi akan berusaha memperoleh control penuh terhadap sumber daya untuk meminimalkan ketergantungan sumber daya (Ulrich & Barney). Organisasi akan rentan lemah bila sumber daya vitalnya di control oleh organisasi lainnya maka dia akan berusaha menghilngkan ketergantungan tersebut. diantara caranya adalah sebagai berikut:
a. Membangun Jaringan Intern-Organisasi
Salh satu caranya yaitu melalui control terhadap sumber daya lingkungan melalui:
1.      Kepemilikan: akuisisi dan merger
2.      Strategi Alliansi baik dalam bentuk kontrak dan Join venture
3.      Cooptation (pemilihan kembali)
4.      Interlocking directorate
5.      Merekrut Eksekutif
6.      Iklan dan Hubungan Masyarakat
b. Mengontrol Area (Domain) Lingkungan
daiantara langkah praktisnya adalah:
1.      Mengganti Domain (Jenis bisnis, Target Pasar, supplier, bank, employees dan lokasi)
2.      Aktifitas Politik
3.      Asosiasi Pedagang
4.      Aktivitas Ilegal seperti KKN.
Contoh Kasus: Nokia Corporation: Sebuah sambaran petir di Albuquerque, New Mexico, dirasakan di seluruh dunia setelah kebakaran mulai memicu krisis pada Nokia Corporation di Finlandia dan tetangganya Telefon AB LM Ericsson di Swedia. Kobaran api di pabrik pembuat chip komputer milik Philips Electronics NV dari Belanda terbakar hanya sepuluh menit, tapi hal membutuhkan waktu minimal seminggu untuk mengembalikan kapasitas produksi pabrik itu seperti semula.
Nokia dan Ericsson, yang menggunakan chip computer tersebut di ponsel, tidak bisa menunggu. Nokia dituntut harus memenuhi tantangan dengan respon cepat. Melalui mekanisme boundary-spanning yang begitu cepat, kepala manajer purchasing-component mendeteksi adanya perlambatan pasokan chip bahkan sebelum muculnya kasus kebakaran perusahaan Philip. Dengan asas Fleksibelitas, struktur organik di Nokia mulai menggali informasi untuk mengambil tindakan cepat, sehingga manajer puncak dengan cepat belajar situasi dan langsung bertindak. Motto perusahaan "Connecting People", berlaku juga secara internal sama baiknya dengan pelanggan. Mereka menyadari betapa seriusnya situasi saat itu, sebuah tim dibentuk yang terdiri dari supply engineers, desainer chip, dan manajer puncak dari Cina, Finlandia, dan Amerika Serikat bersama-sama menyusun solusi. Mereka mendesain ulang beberapa chip sehingga mereka bisa diproduksi di tempat lain, mempercepat proyek untuk mengembangkan cara-cara baru untuk meningkatkan produksi chip dan menggunakan sumber daya mereka untuk menghasilkan lebih banyak dari pasokan chip dengan cepat. Krisis ini memberikan tekanan psikologis yang luar biasa di Nokia, tetapi akhirnya produksi tetap berhasil sesuai dengan target.
Situasi ini tidak ditangani begitu lancar di Perusahaan saingannya Ericsson, yang kehilangan sekitar $ 400 juta sebagai pendapatan potensial sebagai akibat dari krisis. Manajer gagal mendeteksi masalah dari awal dan bergerak lebih lambat setelah mereka mempelajari kasus ini. Selain itu, Ericsson tidak memiliki pemasok potensial lainnya untuk berpaling. Pada akhirnya, Ericsson mendatangkan jutaan chip untuk menjaga stok agar memenuhi kebutuhan untuk menghasilkan produk utama. Sejak itu, perusahaan merombak pola purchasingnya, termasuk memastikan komponen vital seperti chip harus berasal dari lebih dari satu pemasok. "Kami tidak akan pernah mengalami hal seperti ini lagi". Kata salah satu manajer puncak.[4]       

B.3. Tinjaun Teoritis Perspektif Islam
1. Karakteristik Lingkungan Organisasi
Untuk memahami Karekteristik lingkungan dalam Islam, kita harus kembali kepada konsep bahwa Islam adalah agama yang “rahmatan lil ‘alamiin” yang berarti rahmat(kasih saying) bagi seluruh alam. Artinya pemahaman lingkungan dalam Islam sangat holistic, maka tak heran bila Falah yang dikenal sebagai tujuan dari bisnis Islam secara definisi adalah memberi kemashlahatan holistic anatara individu dan social, anatar dunia dan akhirat. Dan konsep falah ini secara continue disampaikan 5 kali sehari lewat salah satu redaksi azan sholat fardu. Hal itu karena dalam Islam manusia dianggap sebagai mahluk yang bersifat lalai, lupa dan penuh keluh kesah. Disinilah Islam mengantisipasi itu semua, agar tujuan dari pengorganisasian dunia (khalifah) yang baik dapat tercapai.
Pemahaman holistiik itu berasal dari sebuah hadits yang berbunyi:

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Seorang mukmin bagi mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang saling menopang, lalu beliau menautkan antar jari-jemari (kedua tangannya)”. (Muttafaqun ‘Alaihi) “Seseorang tidak dikatakan beriman, sampai ia mencintai saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR Muttafaq Alaihi)
Dalam konteks organisasi yang lebih sempit, Islam juga mengenal lingkungan internal dan eksternal namun dengan pemahaman yang lebih komprehensif. Untuk lingkungan internal Islam melihat dari dalam diri manusia sebagai individu, baru kemudian diasosiakan dalam ruang social internal organisasi. Maka untuk menjaga stabilitas lingkungan internal dimulai dengan kajian rutin, pengajian bersama untuk membangun aspek ruhiyah sekaligus internalisasi nilai-nilai organisasi sebagai budaya bersama yang dijaga untuk menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif, syar’i dan bebas dari nilai yang merugikan.
            Sedangkan untuk lingkungan eksternal, seperti keterbatasan sumber daya, faktor alam, dinamika sosial dan politik. Islam memahaminya tidak hanya menggunakan logika akal, tapi juga pemahaman sosial yang berasal dari hati. Karena pemahaman akal hanya akan berujung pada aturan ”untung-rugi” namun pemahaman hati akan memberikan pilihan “benar-salah”. Pemahaman ini melahirkan suatu konsep “mahluk/ciptaan” dimana keputusan organisasi harus berpengaruh positif pada organisasi lainnya. Inilah implementasi konsep “Rahmat bagi seluruh alam” yang disebutkan diatas. Jadi akumulasi perubahan lingkungan internallah yang lebih mempengaruhi sikap terhadap perubahan lingkungan eksternal.
            Sama seperti pemahaman konvensional, karakteristik lingkungan dalam Islam adalah tidak pasti. Dalam ayat quran dikatakan:
Allah berfirman pada akhir surat Al-Kahfii :
"Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan Insya Allah." (QS Al-Kahfi :23-24)
Tingkat ketidak pastian itu bisa beragam, namun Islam memahaminya lebih sederhana, indikatornya ada 2 yaitu kebutuhan dan keinginan. Dalam bagan kita bisa menggambarkannya sebagai berikut:
Kebutuhan
Keinginan
Low Uncertainty
·         Industri Makanan
·         Industri Pakaian
·         Perumahan
·         Haji dan Umroh
High Uncertainty
·         Perbankan/ Asuransi
·         Komputer
·         Perhiasan
·         Otomotif

Asumsi dalam Islam adalah kebutuhan dasar manusia adalah sama, baik dari zaman batu sampai zaman modern, semuanya butuh makan artinya tidak makan bukan merupakan pilihan, maka tingkat ketidakpastiannya akan rendah. Sedangkan perbankan dan otomotif merupakan pilihan, karena tanpa itu semua manusia masih bisa menyimpan uang dan bepergian, maka tak heran bila tingkat ketidakpastiannya akan tinggi. Kembali pada pemahaman diawal, Islam memandang bisnis secara holistic untuk semua tempat dan zaman bukan berhenti pada suatu lokasi atau pariode zaman tertentu.
2. Islamic World View
World view adalah pandangan manusia terhadap dunia, bagaimana ia melihat realita lalu kemudian menyikapinya. Dalam Islam, world view tidak berasal dari akumulasi pengalaman dan logika manusia yang terbatas. Namun dibimbing berdasarkan petunjuk dari Al-Quran dan Hadits. Pengalaman dan logika hanya dipakai untuk memahami secara runtut sebuah fenomena dengan lebih baik, karena seumur hiduppun kita belajar tak akan pernah memahami dunia ini seutuhnya. Sebuah organisasi hanyalah partikel kecil dari organisasi besar semesta yang saling terkait satu dengan yang lainnya. Proses input untuk memahami dunia ini adalah pedengaran dan penglihatan, namun semuanya kembali diproses oleh hati yang akan memutuskan.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Isra:36)
Manusia dianjurkan untuk menggunakan logika akalnya dengan sebaik-baiknya, namun tidak kemudian untuk menyatakan bahwa dirinya adalah yang paling benar, karena teori manusia selalu berubah sesuai dengan kepentingan dan perubahan zaman. Tapi petunjuk dari Tuhan itu merata untuk semua tempat dan zaman, keyakinan inilah yang akan menjaga logika tetap pada koridor penghambaan, sehingga ada tawakkal yang melahirkan sikap cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Inilah yang menjadi pangkal bagi keputusan dalam organisasi.
Bila kita bandingkan dengan konsep konvensional diatas, Islamic world view juga dibagi menjadi 3 yaitu:
Mechanistic Worldview (Aqidah): Sifatnya Qothi’ (tidak berubah), dalam bahasa Islam dikenal dengan sebutan Tauhid. Ia hanya memiliki tujuan melayani Allah SWT, sebagai Pemilik semua alam raya. Fungsinya bisa beragam, tergantung anugrah spesialisasi yang Allah berikan kepadanya, termasuk ketaatan terhadap rasul dan para pemimpin yang adil. Manusia disini juga dianggap sebagai umat yang mudah “diganti”. Seperti fenomena perang dunia 1 dan 2 yang banyak menghancurkan peradaban suku barbar diberbagai belahan dunia. Dalam praktek organisasi, biasanya ada dalam keputusan strategis. Seperti kasus perang uhud, saat pasukan pemanah yang lalai terhadap perintah Rasululah untuk menjaga posnya berimbas langsung pada hasil perang antara muslim dan kafir quraisy. Dalam kasus lain, saat perjanjian hudaibiyah, banyak sahabat bertanya tentang keputusan Rasulullah menyetujui perjanjian tersebut padahalnya isinya seara logika jelas lebih banyak merugikan kaum muslimin, Umar Ra pun bertanya “apakah ini wahyu atau hanya ikhtiar pribadimu ya Rasulullah?”. Rasulullah SAW menjawab “ini adalah wahyu”. Maka sahabatpun langsung patuh. Selang berapa tahun kemudian perjanjian tersebut terbukti menjadi kunci bagi terbukanya Kota Makkah bagi kaum muslimin (Fathu Makkah).
Organismic View (Syariah). Artinya tujuan organisasi tetap sama pada Tauhid namun dalam menyikapi perubahan lingkungan ia bisa melakukan ikhtiar yang bertujuan untuk survival atau petumbuhan aset dalam organisasi. Seperti ragamnya produk dalam perbankan syariah yang dirancang berdasarkan analisa SWOT perusahaan atau penelitian tentang alam semesta. Cirinya membutuhkan kreatifitas, luasnya pengetahuan, analisa lingkungan, namun tetap tidak boleh keluar dari landasan tauhid. Bila dianalogikan tauhid adalah tujuan akhir, maka syariah adalah jalannya. Dan tentu akan begitu banyak jalan menuju surga.
Social System View (Akhlaq). Bila Tauhid adalah tujuan dan syariah adalah jalannya, maka akhlaq adalah sikap kita selama dijalan. Apakah akan ugal-ugalan, kebut-kebutan, atau saling menyapa dan memberi ketenangan. Dalam organisasi inilah yang akan mempengaruhi secara langsung terhadap perkembangan perusahaan, ia merupakan wujud nyata dari pemahaman tauhid dan pembelajaran syariah. Dalam organisasi ia merupakan aktiifitas nyata yang mengalami interkasi social (habluminannas) Sama seperti peran marketing dalam perusahaan yang meupakan ujung tombak dari keuntungan yang akan didapatkan bagian produksi dan divisi pengembangan.
3. Sistem Berpikir Muslim
            Dalam sistem berpikir konvensional, kita dapat memahaminya dari kisah 6 orang buta yang sedang memegang gajah, dari cerita tersebut kita mengetahui bahwa untuk dapat memahami organisasi harus memahaminya secara whole, bukan secara bagian-bagian organisasi.           
            Islam sudah lama memahami pola piker whole tersebut dengan bahasa “rahmatan lil ‘alamin”. Artinya seorang muslim memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi, sedangkan organisasi akan memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi besar lainnya. Organisasi besar tersebut juga dipahami sebagai bagian dari dunia, dan dunia juga dipahami sebagai bagian dari semesta, begitu seterusnya yang akhirnya berujung pada pemahaman bahwa semua hal dari yang kecil hingga yang besar merupakan organisme ciptaan Allah SWT, milikNya,  yang saling terkait satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan antara peran ayah dalam keluarga dan peran manajer diperusahaan semuanya mau tidak mau pasti akan bersinggungan.
            Maka tujuan organisasi dalam Islam adalah mashlahah atau memberi manfaat sebanyak-banyaknya bukan meningkatkan profit setinggi-tingginya. Keputusan diambil berdasarkan pemahaman “apa manfaat ini bagi perusahaan dan lingkungan?”. “adakah yang akan terzholimi?”. Dan “apakah sudah sesuai dengan ketentuan Tuhan?”. Karena setiap manfaat akan memberi manfaat 10 kali lipat kepada dirinya, sedangkan profit tinggi perusahaan yang merugikan usaha lainnya akan berdampak buruk dimasa depan. Bila pertimbangan ini tidak dilakukan, seorang muslim akan dianggap sama sepeti orang buta yang tidak sadar akan kerusakan yang sedang diperbuatnya.
“Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" 12. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar (Al-Baqoroh 11-12)
 Contoh Kasus: Perkembangan teknologi akhir-akhir ini dari HP dan internet menyebabkan informasi semakin mudah didapatkan, komunikasipun seakan sudah tanpa hambatan, jarak sudah tak lagi jadi masalah. Apa yang terjadi dibelahan bumi lain dengan mudah dapat kita ketahui secara real time, apa yang kita kerjakan saat ini dapat dengan cepat kita share dengan kolega kita. Hingga kini banyak bermunculan sekolah online, belajar bisa dilakukan tanpa harus kesekolah, mencari referensi ilmu semudah mengetikkan kata kunci dalam kolom tunggal google. Hingga kini banyak anak-anak yang cerdas dan berwawasan luas.
Imbasnya, peran guru kian berkurang. Anak-anak bisa belajar dimana saja. Namun anehnya prilaku anak dizaman sekarang jauh berbeda dari anak-anak dulu yang belum mengenal HP dan internet. Anak-anak zaman sekarang lebih cuek dan rasa hormat kepada gurunya sangat rendah dibadning anak-anak di era pra-digital. Saat inipun kita masih bisa melihat perbedaan ini dari anak desa dan anak kota. Saat berkumpul bersama teman, saat diruang tunggu, dilift, dikereta, orang lebih suka mengotak atik hapenya ketimbang bertegur sapa dengan orang disebelahnya. Mereka lebih gemar bersosialisasi didunia maya ketimbang didunia nyata. Lebih suka menonton tv ketimbang mengunjungi tetangganya.   
Dalam hadits yang disanadkan oleh ibnu mas’ud Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya diantara dari tanda kiamat adalah orang tua akan menjadi budak bagi anak-anaknya, terhubungnya menara dan putusnya tali silaturrahmi”.  

4. Respon Terhadap Perubahan Lingkungan
Dalam hubungan dengan Islamic worldview dan sistem berpikir seorang muslim yang sudah dijelaskan diatas, kita bisa membuat tabel baru bagaimana respon organisasi terhadap perubahan lingkungan.
LOW UNCERTAINTY (NEEDS)
HIGH UNCERTAINTY (WANTS)

·         Mechanistic, Organic dan Sosial System buit in based on function
·         Many departments, Proportional boundary spanning
·         Few Integrating roles
·         Current operation orientation, low speed respons
·         teamwork, participative, Planning orientation,
·         Mechanistic, Organic dan Sosial System buit in based on function.
·         Many depts. Differentiated, some boundary spanning
·         Many integrating roles
·         Estensive planning, forecasting, high-speed response.


5. Ketergantungan Sumber Daya
Lingkungan adalah sumber daya yang dinamis serta terbatas namun memilki nilai yang penting bagi keberlangsungan organisasi. Organisasi secara tidak langsung akan bergantung pada lingkungan namun dalam Islam sikap organisasi adalah menjaga hubungan baik dengan banyak lingkungan, bukan dengan mengontrol atau menguasai, prinsipnya adalah banyak teman banyak rejeki, ukhuwwah diperluas dengan semangat berbagi, setiap orang diberi kesempatan untuk belajar, sehingga secara psikologi akan meningkatkan kedekatan emosional, selain itu dengan banyaknya supplier ilmu akan lebih mudah berkembang dan tak berputar dikalangan orang pintar saja, ibas positifnya bagi organisasi adalah probabilitas ketergantungan terhadap suatu sumber daya akan berkurang. Namun untuk sumber daya yang vital organisasi harus sudah mernacang dari awal sisem pendidikan dan kaderisasi dengan harapan standar vital perusahaan tetap terjaga. diantara caranya adalah sebagai berikut:
a. Membangun Jaringan Holistic-Organisasi
Salah satu caranya yaitu melalui sinergi terhadap sumber daya lingkungan melalui:
1.      Kepemilikan: Akusisi dan Merger yang seimbang
2.      Strategi Alliansi dalam bentuk mudharobah dan Musyarokah
3.      Cooptation
4.      Menciptakan eksekutif yang punya jaringan luas dari dalam
5.      Sosialasi dan Memberi Manfaat nyata Bagi Masyarakat
b. Mengelola Area (Domain) Lingkungan
diantara langkah praktisnya adalah:
1.      Membuat diversifikasi atau mengganti Domain (Jenis bisnis, target Pasar, supplier, bank, employees dan lokasi)
2.      Mendukung Stabilitas Politik
3.      Asosiasi Pedagang Muslim dan Tokoh Masyarakt
4.      Membangun Semangat Ruhaniyah untuk mencitakan inovasi yang benar
Contoh Kasus: Di tahun 1990-an, dunia industry, sedang di ramaikan dengan isu lean production yang dipelopori oleh Toyota. Banyak perusahaan otomotif dan industry bisnis yang berusaha menerapkan konsep tersebut. konsep lean production dikenal dengan sebutan TPS (Toyota Production System) sistem ini terdiri dari beberapa komponen seperti quick changover, one-piece flow, Just in Time, Sandar kerja, sistem Tarik dan alat anti kesalahan (Poka Yoke). Namun selama 2 dasawarsa TPS dikenal di amerika serikat belum banyak perusahaan negri paman sam tersebut yang mampu menyaingi toyota.
Menurut Jefrey K Liker, seorang amerika yang sudah 20 tahun terlibat langsuung dalam bisnis ditoyota, ha itu dikarenakan perusahaan AS menerapkan alat-alat lean api tida memahami apa yang membuatnya bekerja dengan baik sebagai satu kesatuan sistem. Menurutnya kekuatan dibalik TPS adalah cointinous improvement yang tercermin dalam model 4P bertingkat yaitu Philosophy (Pemikiran Jangka Panjang), Process (Hilangkan Pemborosan), People & Partner (Hormati, tantang dan kembangkan mereka), dan Problem Solving (Peningkatan dan pembelajaran berkesinambungan). Sebagai besar perusahaan tersebeut hanya berkutat pada satu tingkat process tanpa mengindahkan 3P yang lainnya, karena itu peningkatan yang mereka lakukan tidak memiliki jiwa dan kecerdasan untuk bertahan terhadap perubahan lingkungan. [5]
  
C. Kesimpulan
Dari tinjaun teoritis antara perspektif barat dan islam dalam lingkungan organisasi kita dapat melihat beberapa persamaan dan perbedaan yang mendalam. Lingkungan dalam barat diartikan sebagai lingkungan yang berhubungan langsung dengan sumber daya dan profitabiltas perusahaan, sedangkan dalam Islam lebih memahaminya secara luas dan holistic. Jadi pertimbangannya lebih kea rah manfaat bukan profit.
            Worldview dalam pandangan islam dan barat sama-sama memilki asas mechanistic, organic dan subsosial. Pandangan ini tak pernah terpisah, baik dalam organisasi militer atau lembaga pendidikan. Semua membentuk kombinasi yang saling melengkapi dalam organisasi, bedanya dalam islam, seorang muslm memahami pandangan mechanistic secara lebih holistic. Artinya semua aktifitasnya baik itu didalam organisasi bukan hanya untuk kepentingan organisasi tapi juga merupakan jalan baginya untk beribadah keapad Allah SWT.
            Islam dan barat sama-sama memahami lingkungan sebagai sesuatu yang tidak pasti. Namun perbedaannya adalah respon islam adalah mengayomi dan bebagi, meningkatkan ukhuwah dan menyambung tali silaturrahmi, sedangkan perspektif barat cenderung ingin menguasai. Ketergantungan sumber daya dalam islam dianggap peluang untuk berbagi rezeki karena seorang muslim memahami bahwa ilmu dan rizki adalah milikNya yang sangat tidak pantas untuk disembunyikan dan dikelola sendiri. Karena sehebat apapun sistem organisasi yang dibuat tidak akan pernah bisa berjalan baik bila tidak dilandasi dengan filosofi dan kode etik yang kuat. Kode etik barat hanyalah humanism, materialisme dan postivisme yang terbatas pada ruang dan waktu, sedangkan Islam memilki Al_quran dan Hadist sellau relevan untuk setiap tempat dan zaman.
           
Referensi:
Al-Quranulkarim
Sukiswo Dirdjosuparto, 2015, Modul Mata Kuliah OSDM, diberikan pada kuliah OSDM di  MB IPB Bogor.
Jeffrey K Liker.2005. The Toyota Way, Penerbit Erlagga Jakarta
Robert B. Duncan “Characteristics of Perceived Environment adam Perceived Environmental Uncertainty By, Published in Administrative Sciece Quarterly (1972)
  Richard L Daft, 2004. Organization Theory and Design. 8th edition. International Student Edition.Thomson Sout Western Hal 146
  Almar Latour, “Trial by Fire: A Blaze in Albuquerque Sets off major crisis of Cellphone Giants,” The Wall Street Journal (January 29, 2001, A1, A8.
Hafidhuddin, Didin and Tanjung, Hendri, 2006. Shariah Principles on Management in Practice, Gema Insani, Jakar


[1] Adapted and reprinted from “Characteristics of Perceived Environment adam Perceived Environmental Uncertainty By Robert B. Duncan, Published in Administrative Sciece Quarterly (1972): 313-327
[2] Jeffrey K Liker. 2003, The Toyota Way, Penenrbit Erlangga Jakarta Hal 97-98
[3] Richard L Daft, 2004. Organization Theory and Design. 8th edition. International Student Edition.Thomson Sout Western Hal 146
[4] Almar Latour, “Trial by Fire: A Blaze in Albuquerque Sets off major crisis of Cellphone Giants,” The Wall Street Journal (January 29, 2001, A1, A8.
[5] Jeffrey K Liker.2005. The Toyota Way, Penerbit Erlagga Hal. 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar