Oleh: M. Maulana Hamzah
A. Dekomposisi Masalah
Indonesia
sebagai Negara mayoritas muslim, melalui kementrian pariwisatanya sedang
gencar-gencarnya melakukan promosi wisata Syariah. Hal dikarenakan potensi
Indonesia sebagai Negara dengan mayoritas muslim yang besar, dengan potensi
sumber daya alam dan budaya yang begitu beragam. Namun faktanya jumlah
wisatawan yag berkunjung ke Indonesia masing di bawah 10 juta orang pertahun.
Masih kalah dibanding Negara tetangga Malaysia. Maka untuk itulah pemerintah
berencana melakukan studi banding ke beberapa Negara muslim lainnya, terkait
Manajemen Strategi wisata syariah.
Berdasarkan Infographic dari
Holiday Destinantion Ranking tahun 2014, yang dikeluarkan Crescentrating’s
Halal Friendly, maka disimpulkan 5 negara yang menjadi pilihan:
1.
Turki (OKI)
2.
Uni Emirat Arab (OKI)
3.
Thailand (Non OKI)
4.
Malaysia (OKI)
5.
Inggris (Non OKI)
Adapun kriteria-kriterinya
dirangkum dari berbagai lembaga riset pariwisata dunia seperti dinard standar,
crecenting dan lain, disusunlah skala prioritas sebagai berikut:
a.
Tersedianya Halal food
b.
Biaya yaitu total cost yang
diestimasikan untuk perjalanan wisata
c.
Nilai Keunikan suatu
destinasi wisata, termasuk adat dan budaya.
d.
Lamanya Waktu yang
diperlukan.
e.
Nilai Wisata yaitu aspek
keindahan, kenyamanan dan sense of discovey
Secara sederhana dekomposisi masalah AHP diatas dapat
digambarkan pada Gambar 1.
B. Penilaian/Pembandingan Elemen
Tahap kedua
dalam penerapan AHP setelah dekomposisi masalah adalah tahap penilaian atau
perbandingan antar elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan perbandingan
antar pilihan untuk setiap kriteria. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menentukan bobot pada masing-masing kriteria, disamping itu tahapan ini juga
bertujuan untuk menentukan bobot suatu pilihan terhadap suatu kriteria.
Dalam melakukan
penilaian/perbandingan, ahli yang mengembangkan AHP mengunakan skala dari 1/9
sampai dengan 9. Jika pilihan A dan B dianggap sama (indifferent), maka A dan B
masing-masing diberi nilai 1. Jika misalnya A lebih baik/lebih disukai dari B,
maka A diberi nilai 3 dan B diberi nilai 1/3. Jika A jauh lebih disukai dengan
B, maka A misalnya diberi nilai 7 dan B diberi nilai 1/7. Penilaian ini tidak
akan digunakan dalam tulisan ini karena cara tersebut kurang logis. Sebagaimana
contoh, jika A nilainya 7 dan B adalah 1/7, maka perbedaan antara A dengan B
hampir mendekati 700%.
Suatu alternatif
penilaian yang digunakan oleh Bourgeois (2005) yang memakai skala antara 0.1
sampai dengan 1.9 dinilai lebih logis seperti disajikan pada Tabel 1. Jika A
sedikit lebih baik/disukai dari B, maka A diberi nilai 1.3 dan B dinilai 0.7,
mengindikasikan jarak sekitar 30% dari nilai 1. Jika A jauh lebih disukai oleh
B, maka nilai A menjadi 1.6 dan B menjadi 0.4. Cara penilaian seperti inilah
akan digunakan dalam tulisan ini.
Tabel 1. Skala Penilaian
Hasil Penelitian
|
Nilai A
|
Nilai B
|
A sangat jauh lebih disukai dari B
|
1.9
|
0.1
|
A Jauh lebih disukai dari B
|
1.6
|
0.4
|
A Sedikit lebih disukai dari B
|
1.3
|
0.7
|
A sama dengan B
|
1.0
|
1.0
|
A Sedikit kurang disukai dari B
|
0.7
|
0.3
|
A jauh kurang disuaki dari B
|
0.4
|
1.6
|
A sanagat jauh kurang disukai dari B
|
0.1
|
1.9
|
Sumber: Bourgeois (2005)
B.1. Penilaian Kriteria
Kriteria halal food memiliki
bobot yang paling tinggi dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang lain.
Kriteria halal food menggambarkan halal food dari focus studi banding wisata
syariah dengan total nilai sebesar 5.80 dan memiliki bobot prioritas sebesar
0.29. Hal ini berarti bahwa kriteria halal food merupakan kriteria yang paling
penting untuk menentukan skala prioritas. Kriteria yang memiliki bobot yang
juga penting adalah alam yang memiliki total nilai sebesar 5.20 dengan bobot
prioritas sebesar 0.26. Alam mencerminkan seberapa besar potensi sumber daya
Alam mempengaruhi keputusan wisatawan untuk berkunjung.
Alam merupakan kriteria yang
menduduki peringkat kedua. Keunikan yang didefinisikan sebagai keunikan budaya
ternyata menduduki peringkat ketiga dengan total nilai sebesar 4.00 dan nilai
bobot prioritas sebesar 0.20. Selanjutnya kriteria waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan studi banding dan biaya studi banding yang merupakan total
anggaran yang dibutuhkan untuk sebuah studi banding menduduki peringkat yang
sama dengan total nilai sebesar 2.50 dan nilai bobot prioritas masing-masing
sebesar 0.13.
Tabel 2. Hasil Penilaian terhadap Kriteria.
Kriteria
|
Populasi
|
Biaya
|
Keunikan
|
Halal
|
Alam
|
Total
|
Bobot Prioritas
|
Waktu
|
1
|
0.7
|
0.4
|
0.4
|
2.50
|
0.13
|
|
Biaya
|
1
|
0.7
|
0.4
|
0.4
|
2.50
|
0.13
|
|
Keunikan
|
1.3
|
1.3
|
0.7
|
0.7
|
4.00
|
0.20
|
|
Halal
|
1.6
|
1.6
|
1.3
|
1.3
|
5.80
|
0.29
|
|
Alam
|
1.6
|
1.6
|
1.3
|
0.7
|
5.20
|
0.26
|
|
Total
|
20.00
|
100.00
|
B.2. Penilaian Destinasi Wisata Syariah
Tabel 2 menyajikan tentang hasil
penilaian dan perhitungan masing-masing negara tujuan berdasarkan kriteria yang
telah disepakati. Tabel 3 menjelaskan hasil penilaian negara tujuan dengan
menggunakan kriteria halal food. Semakin banyak tersedianya halal food, semakin
besar nilainya.
Tabel 3.
1. Halal Food
|
Turki
|
UAE
|
Thailand
|
Malaysia
|
Inggris
|
Total
|
Bobot Prioritas
|
Turki
|
1.6
|
1.3
|
1.6
|
1.9
|
6.40
|
0.320
|
|
UAE
|
0.4
|
0.7
|
1
|
1.3
|
3.40
|
0.170
|
|
Thailand
|
0.7
|
1.3
|
1.3
|
1.6
|
4.90
|
0.245
|
|
Malaysia
|
0.4
|
1
|
0.7
|
1.3
|
3.40
|
0.170
|
|
Inggris
|
0.1
|
0.7
|
0.4
|
0.7
|
1.90
|
0.095
|
Tabel 4 menjelaskan penilaian negara tujuan studi banding
berdasarkan kriteria biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan studi banding.
Semakin tinggi biaya yang diperlukan, maka nilai yang diberikan akan semakin
kecil dan sebaliknya.
Tabel 4. Penilaian Negara tujuan Studi banding berdasarkan
Kriteria Biaya
2. Biaya
|
Turki
|
UAE
|
Inggris
|
Japang
|
Thailand
|
Total
|
Bobot Prioritas
|
Turki
|
0.4
|
1
|
1,3
|
1,6
|
4,30
|
0,215
|
|
UAE
|
1,6
|
1,3
|
1,6
|
1,9
|
6,40
|
0,320
|
|
Thailand
|
1
|
0,7
|
1,3
|
1,6
|
4,60
|
0,230
|
|
Malaysia
|
0,7
|
0,4
|
0,7
|
1,6
|
3,40
|
0,170
|
|
Inggris
|
0,4
|
0,1
|
0,4
|
0,4
|
1,30
|
0,065
|
Dari segi kriteria keunikan yang didefinisikan sebagai keunikan
secara budaya, hasil diskusi para ahli yang diundang ditunjukkan pada Tabel 5.
Semakin unik nilai budaya setempat, maka nilai yang diberikan akan semakin
tinggi dan sebaliknya.
Tabel 5. Penilaian
Negara tujuan Studi banding Berdasarkan Kriteria Keunikan.
3. Keunikan
|
Turki
|
UAE
|
Thailand
|
Malaysia
|
Inggris
|
Total
|
Bobot Prioritas
|
Turki
|
0,7
|
1,3
|
0,7
|
0,5
|
3,10
|
0,156
|
|
UAE
|
1,3
|
1,3
|
1,6
|
1,3
|
5,50
|
0,275
|
|
Thailand
|
0,7
|
0,7
|
0,7
|
0,4
|
2,50
|
0,125
|
|
Malaysia
|
1,3
|
0,4
|
1,3
|
0,4
|
3,40
|
0,170
|
|
Inggris
|
1,6
|
0,7
|
1,6
|
1,6
|
5,50
|
0,275
|
Tabel 6 menyajikan hasil penilaian terhadap kriteria waktu,
semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk studi banding maka nilainya akan
semkain besar.
a.
Turki mendapat total nilai
sebesar 5.80 dengan bobot prioritas sebesar 0.290,
b.
UAE mendapatkan total nilai
sebesar 4.90 dengan bobot prioritas sebesar 0.245,
c.
Thailand mendapat dengan
total nilai sebesar 4.60 dan bobot prioritas sebesar 0.230,
d.
Malaysia total nilai
sebesar 2.80 dan bobot prioritas sebesar 0.140.
e.
Inggris mendapat total
nilai sebesar 1.90 dan bobot prioritas sebesar 0.095.
Tabel 6. Penilaian Negara tujuan Studi banding berdasarkan
Kriteria Waktu
4. Waktu
|
Turki
|
UAE
|
Thailand
|
Malaysia
|
Inggris
|
Total
|
Bobot Prioritas
|
Turki
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
0,7
|
1,90
|
0,095
|
|
UAE
|
1,6
|
1
|
0,7
|
1,3
|
4,60
|
0,230
|
|
Thailand
|
1,6
|
1
|
0,7
|
1,6
|
4,90
|
0,245
|
|
Malaysia
|
1,6
|
1,3
|
1,3
|
1,6
|
5,80
|
0,290
|
|
Inggris
|
1,3
|
0,7
|
0,4
|
0,4
|
2,80
|
1,140
|
Tabel 7. Penilaian
Negara tujuan Studi banding Berdasarkan Kriteria Alam.
5. Alam
|
UEA
|
Turki
|
Thailand
|
Malaysia
|
Inggris
|
Total
|
Bobot Prioritas
|
UEA
|
1
|
0,7
|
0,4
|
1,3
|
3,40
|
0,170
|
|
Turki
|
1
|
0,7
|
0,7
|
1,3
|
3,70
|
0,186
|
|
Thailand
|
1,3
|
1,3
|
1
|
1,6
|
5,20
|
0,260
|
|
Malaysia
|
1,6
|
1,3
|
1
|
1,6
|
5,50
|
0,275
|
|
Inggris
|
0,7
|
0,7
|
0,4
|
0,4
|
2,20
|
0,110
|
C. Sintesis Penilaian
Tahap akhir yang
harus dilakukan dalam penggunaan AHP sebagai model pembuatan keputusan adalah
sintesis penilaian yang merupakan penjumlahan dari bobot yang diperoleh di
setiap pilihan pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot dari kriteria
tersebut. Secara sederhana, hasil dari sintesis penilaian yang telah dilakukan
pada studi kasus tentang pemilihan prioritas studi banding di Departemen
Pariwisata Indonesia dengan menggunakan pendekatan AHP sebagai model pembuatan
keputusan disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8: Sintesa
Hasil Penelitian
Turki
|
UAE
|
Thailand
|
Malaysia
|
Inggris
|
|||
Hasil
|
Prioritas
|
0.13
|
0.130
|
0.200
|
0.290
|
0.260
|
|
Turki
|
10.2
|
0.170
|
0.32
|
0,215
|
0,155
|
0,095
|
0,170
|
UAE
|
13,9
|
0,231
|
0,17
|
0,329
|
0,275
|
0,230
|
0,186
|
Thailand
|
13,4
|
0,223
|
0,25
|
0,230
|
0,125
|
0,245
|
0,260
|
Malaysia
|
13,9
|
0,232
|
0,17
|
0,170
|
0,170
|
0,290
|
0,275
|
Inggris
|
8,70
|
0,144
|
0,10
|
0,065
|
0,275
|
0,140
|
0,110
|
Berdasarkan
sintesis lima kriteria yang digunakan, maka skala prioritas Negara tujuan untuk
studi banding wisata syariah, adalah sebagai berikut:
1. Negara UEA dan Malaysia menduduki skala prioritas yang pertama
dengan total nilai sebesar 13.9. Bobot nilai yang tinggi itu karena untuk kriteria
yang mempunyai bobot tinggi yaitu halal food dan alam kedua negara ini
mendapatkan bobot tinggi.
2. Negara Thailand menduduki prioritas kedua dengan nilai total
sebesar 13.4.
3. Negara Turki menduduki prioritas ketiga dengan total nilai
sebesar 10.2.
4. Kajian dengan skala prioritas yang terakhir adalah Inggris
dengan total nilai sebesar 8.7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar